Rabu, 07 November 2012

Perjalanan Hidup merantau di Ibu Kota


HIJRAH KENEGRI SEBERANG
Perjalanan Hidup di Ibu Kota
                Saya seorang anak nyang terlahir dari keluarga yang miskin. Lahir disebuah gubuk di Desa kecil bernama Huta lancet, kecamatan Pakantan Kabupaten Mandailing Natal.Setelah penulis menyelesaikan sekolah lanjutan atas di MAM 6. Kotanopan Mandailing Natal tahun 2007. Kemudian dengan semangat yang ingin terus belajar yang mendorong penulis untuk supaya tetap melanjut study kejenjang yang lebih tinggi. Ketika itu saya berniat ingin melanjutkan di kampus IAIN SU Medan. Seiring berjalannya waktu pada tgl 24 Mei 2011 Alhamdulillah penulis menyelesaikan program S1 dengan tepat waktu sesuai dengan target yang penulis pelening, lebih kurang tiga setengah tahun. Ayah dan Mak datang dari kampung karena perasaan bangga yang ingin sekali melihat anaknya yang akan bakal di wisuda. Karena keinginan yang kuat dari diri mak untuk berusaha keras untuk bisa datang menghadiri acara isuada penulis.
Meskipun mak saya ini sering sekali mabuk kalaw naik mobil tapi tetap berangkat juga dari kampung penulis itu lumayan jauh denagan menghabiskan waktu satumalam perjalanan ke Medan. Setelah sampai di Medan saya susul orang tua keterminal Antar Lintas Sumatera (ALS). Penulis memperhatikan mak terkulai lemas terduduk di kursi karena mabuk selama perjalanan. Namun ketika melihat penulis datang meskipun dengan mata yang berkaca-kaca ternayta dapat menjadi obat. Penulis berusaha menenangakan dengan memijitnya dengan harapan supaya pusingnya bisa berkurang. Namun akhirnya setelah agak ringan kami berangkat menuju kerumah saudara yang tidak jauh dari terminal tersebut.
                Setelah penulis di wisuda saya ngobrol dengan orang tua bahwa penulis ingin sekali untuk melanjutkan study lagi ke jenjang strata dua. Karna semangat belajar yang haus akan ilmu pengetahuan. Setelah berdiskus ayah mengatakan terus terang nak ayahmu ini sudah tidak mampu lagi karna sudah tua. Namun karena penulis yakin dengan janji Alalah SWT.  Bahwa Allah pasti akan memberikan jalan bagi orang-orang yang berjuang di jalaNya. Akhirya saya mohon do’a restu orang tua untuk berangkat hijrah kenegeri seberang (pulau jawa). Saya mengatakan kepada orang tua mohon penulis diberikan restu, insyaallah Allah akan membukakan jalan bagi penulis dari berbagai arah yang tiada bisa diperediksi. Sebagaimana pesan Rob yang terdapat dalam Al Quran surah Attalak ayat 3. Saya yakin bahwa Allah akan menepati janjinya.
                Akhirnya penulis memutuskan untuk berangkat ke-Jakarta. Tepat pada tanggal 17 Oktober penulis sampai di ibukota Jakarta. Karena saya sampenya malam di Jakata akhirya penulis tidur di terminal menunggu hingga sampai pagi hari. Kurang lebih selama satu bulan penulis tinggal bersama teman lama di asrama Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karna sudah hampir sautu bulan penulis diminta untuk mencari tempat tinggal karena khawatir dapat teguran dari pihak birokrat UIN. Setelah itu saya melanglangbuana dari tempat satu ketempat lain. Penulis juga berusaha untuk bisa jadi marbot masjid karna kalau ngontrak tidak akan sanggup, belum lagi untuk kebutahan sehari-hari.
                Suatu peristiwa yang misterius menurut penulis, disamping dalam kebingung mau tinggal dimana karna sudah banyak masjid yang ditanya tapi satupun belum ada yang jodoh. Kalatu itu hari jum’at penulis shalat jumat di masjid Fatullah. setelah selesai shalat penulis duduk berzikir sambari menunggu hujan yang masih gerimis. Waktu itu ketika saya duduk saya melihat kebelakang ada orang tua dan saya dekati, siapa tau ada jalan “pikir penulis”. Dengan memberanikan diri penulis menyapanya dan memperkenalkan diri, setelah ngobrol jauh ternyata beliau juga orang Sumatra Utara daerah Padang Sidimpuan. Nama beliau Prof.Dr. Ridwan Lubis yang juga dosen dan juga guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tanpa basabasi lagi penulis minta arahan dari beliau sehingga penulis dikenalkan Bapak Jaipuri yang juga dosen IAIN di Medan. Konon kabarnya beliau orang yang baik hatinya dan pemurah orangnya.
                Setilah pulang penulis langsung menelpon bapak Jaipuri Harahap dengan harapan beliau bisa memberikan solusi.  Setelah ngobrol-ngobrol beliau sangat senang mendengar dengan niat penulis dan tujuan penulis beranjak dari pelosok kanpung di Mandailing Natal desa Hutalancat Pakantan tercinta berangkat menuju Ibu kota. Untuk sementara saya dikasi izin tinggal di rumah beliau, sebelum dapat tempat tinggal. Di rumah penulis bantu-bantu ibu mengetik. Setelah selesai penulis dikasi Rp 400.000 sebagai  pekerjaan apa saja yang bisa sya kerjakan. Setelah beberapa hari penulis dipindahkan ke usaha fotocopy beliau.
                Saya sudah berusaha semaximal mungkin satu bulan kemudidan penulis mengajukan permohonan tempat tinggal sekaligus membantu kegiatan yang ada di masjid tersebut. penulis langsung ke kampungsawah di kompeleks geraha permai daerah ciputat. Karena  respon pengurus yang masih mempertimbangkan keberadaan penulis di masjid bahkan penulis dikahwatirkan seorang teroris. Salah seorang jama’ah beliau adalah bapanda Erdiali dan bunda Nisa, yang sangat baik  hatinya, pemurah menawarkan penulis tinggal dirumahnya untuk sementara. Semoga ketulus ikhlasan tersebut dibalas oleh allah SWT amiin. Setelah hamper dua pecan di rumah Bapak Erdi Ali, akhirnaya penulis mendapat izin untuk tinggal di masjid Nurul Huda Yang ada didalam kompeleks geraha Permai tersebut.
                Sebelum penulis tempati dikamar masjid penulis mulai membersihkan dan menata fasilitas juga perlengkapan yang lain. Ternyata tidak ada tempat tudur melihat keadaan yang seperti itu Ibu Nisa kasihan dan menyuruh penulis untuk mengambil perlengkapan keumahnya. Setelah itu karena penulis juga belum mempunyai aktivitas untuk mendapatkan inkam, melihat hal seperti itu akhirnya saya ditawari mengajar di TPQ yang ada di Masjid tersebut. Upah yang penulis terima jauh dari cukup tapi Alhamdulillah penulis sangat bersyukur dan mudah-mudahan menjadi berkah.
                Bantuan serta dukungan dari keluarga bapak Erdi dan juga jama’ah yang tidak penulis uraikan satu persatu dalam tulisan ini sangat besar sekali bagi penulis. Hanya Allah yang dapat membalas kebaikan dari bapak ibu jama,ah masjid Nurul Huda yang saya cintai karena Allah. Mudah-mudahan kita mendapat barokah dalam kehidupan kita yang fana ini amiin.
                Sewaktu penulis tinggal di Masjid Nurul Huda saya diberi izin untuk mencari inkam dari luar karena memang keadaan yang mengatakan. Penulis berangkat silaturahim kerumah Bapak Yakup Amin yang mana beliau adalah salah satu dosen di IAIN SU Medan. Penulis akhirnya dikenalkan dengan bapak Ubhan yang tinggal di Ciputat Baru, beliau seprang usahawan. Setelah esok harinya penulis langsung datang kerumahnya setelah ngobrol panjang lebar beliau menerima penulis menjadi karyawan di tokonya. Penulis langsung ditawari langsung kerja untuk esok harinya, subhanalloh. Ini karna rekomendasi dari Bapak Yakub Amin dan sudah kenal lama dengan bapak Subhan barangkali karena itu makanya penulis langsung diterima kerja bersama beliau.
                Waktu terus bergulir disuatu hari penulis bersilaturahim ketempat Ustad Syafii, karna memang beliau sudah lama tidak berjumpa selaku sesame perantau dinegeri orang. Setelah penulis jumpa dengannya kami ngobrol dan saya tanya kepadanya apakah ada beasiswa. Jawabnaya…….! O ada akhi tapi setau saya itu untuk yang S1. Waduh gimanaya ………..! Penulis minta tolong dan mengatakan coba dikasi tau saja dulu sama Bunda itu mudah-mudahan ada jalan kemudahan. Setelah itu beliau langsung menghubunginya dan menceritakan keronologis penulis. Setelah selesai nelpon akhirnya penulis dikasi tau supaya dua hari setelah hari ini kita langsung kerumah bunda tersebut.
                Dua hari kemudian kami merangkat menuju kerumah Bunda. Setelah ngobrol panjang lebar bunda itu menyuruh saya mempersiapkan lamaran dan persiapan untuk di seleksi. Setelah tiba saatnya peneleksian dari empat orang tampil satu persatu. Setelah semua selesai tinggal menunggu pengumuman. Esok harinya saya mendapat berita dari Syafii bahwa saya diterima menjadi anak asuh diyayasan Bait Al Hasan dengan perasaan bahagia penulis langsung sujut syukur dan saya sudah bisa mulai masuk 3 Oktober akantetapi saya minta dispensasi akhirnya masuk tanggal 5 Oktober 2012. Yayasan Bait Al Hasan itu yang dibina oleh Ayah Hasnil dengan Bunda Lies Henriyati.
Terimakasih Ya Allah……..! Engkau mempertemukan penulis dengan keluarga ini, orang tua yang pemurah yang sudah menjadi orang tua penulis dinegeri orang. Ya Allah berikan Kelapangan, umur yang barokah kepada Ayah Bunda sekeluarga, lindungi kami ya Rob, bimbing kami dengan hidayahMu supaya senantiasa sabar dalam menjalani cobaan dalam kehidupan yang Engkau berikan Ya Robbal Alamin…..!  
                Begitulah perjalanan hidup penulis yang penuh dengan tantangan dan rintangan, yang barangkali sulit bagi penulis menguraikananya dengan kata-kata. Akan tetapi itulah sekilas perjalanan penulis dari desa kecil menuju Ibukota yang konon katanya “sekejam-kejam Ibutiri lebih kejam lagi Ibu kota”. Mudah-mudahan bermanfaat, amiin.

Penulis

Ahmad Canra Krisnajaya Lubis