HIJRAH KENEGRI SEBERANG
Perjalanan Hidup di Ibu Kota
Saya seorang anak nyang
terlahir dari keluarga yang miskin. Lahir disebuah gubuk di Desa kecil bernama
Huta lancet, kecamatan Pakantan Kabupaten Mandailing Natal.Setelah penulis
menyelesaikan sekolah lanjutan atas di MAM 6. Kotanopan Mandailing Natal tahun
2007. Kemudian dengan semangat yang ingin terus belajar yang mendorong penulis
untuk supaya tetap melanjut study kejenjang yang lebih tinggi. Ketika itu saya
berniat ingin melanjutkan di kampus IAIN SU Medan. Seiring berjalannya waktu
pada tgl 24 Mei 2011 Alhamdulillah penulis menyelesaikan program S1 dengan
tepat waktu sesuai dengan target yang penulis pelening, lebih kurang tiga
setengah tahun. Ayah dan Mak datang dari kampung karena perasaan bangga yang
ingin sekali melihat anaknya yang akan bakal di wisuda. Karena keinginan yang
kuat dari diri mak untuk berusaha keras untuk bisa datang menghadiri acara
isuada penulis.
Meskipun mak saya ini sering sekali mabuk kalaw
naik mobil tapi tetap berangkat juga dari kampung penulis itu lumayan jauh denagan
menghabiskan waktu satumalam perjalanan ke Medan. Setelah sampai di Medan saya
susul orang tua keterminal Antar Lintas Sumatera (ALS). Penulis memperhatikan
mak terkulai lemas terduduk di kursi karena mabuk selama perjalanan. Namun
ketika melihat penulis datang meskipun dengan mata yang berkaca-kaca ternayta
dapat menjadi obat. Penulis berusaha menenangakan dengan memijitnya dengan
harapan supaya pusingnya bisa berkurang. Namun akhirnya setelah agak ringan
kami berangkat menuju kerumah saudara yang tidak jauh dari terminal tersebut.
Setelah penulis di
wisuda saya ngobrol dengan orang tua bahwa penulis ingin sekali untuk melanjutkan
study lagi ke jenjang strata dua. Karna semangat belajar yang haus akan ilmu
pengetahuan. Setelah berdiskus ayah mengatakan terus terang nak ayahmu ini
sudah tidak mampu lagi karna sudah tua. Namun karena penulis yakin dengan janji
Alalah SWT. Bahwa Allah pasti akan
memberikan jalan bagi orang-orang yang berjuang di jalaNya. Akhirya saya mohon
do’a restu orang tua untuk berangkat hijrah kenegeri seberang (pulau jawa).
Saya mengatakan kepada orang tua mohon penulis diberikan restu, insyaallah
Allah akan membukakan jalan bagi penulis dari berbagai arah yang tiada bisa
diperediksi. Sebagaimana pesan Rob yang terdapat dalam Al Quran surah Attalak
ayat 3. Saya yakin bahwa Allah akan menepati janjinya.
Akhirnya penulis memutuskan
untuk berangkat ke-Jakarta. Tepat pada tanggal 17 Oktober penulis sampai di
ibukota Jakarta. Karena saya sampenya malam di Jakata akhirya penulis tidur di
terminal menunggu hingga sampai pagi hari. Kurang lebih selama satu bulan penulis
tinggal bersama teman lama di asrama Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karna sudah hampir sautu bulan penulis diminta untuk mencari tempat tinggal
karena khawatir dapat teguran dari pihak birokrat UIN. Setelah itu saya
melanglangbuana dari tempat satu ketempat lain. Penulis juga berusaha untuk
bisa jadi marbot masjid karna kalau ngontrak tidak akan sanggup, belum lagi
untuk kebutahan sehari-hari.
Suatu peristiwa
yang misterius menurut penulis, disamping dalam kebingung mau tinggal dimana
karna sudah banyak masjid yang ditanya tapi satupun belum ada yang jodoh. Kalatu
itu hari jum’at penulis shalat jumat di masjid Fatullah. setelah selesai shalat
penulis duduk berzikir sambari menunggu hujan yang masih gerimis. Waktu itu
ketika saya duduk saya melihat kebelakang ada orang tua dan saya dekati, siapa
tau ada jalan “pikir penulis”. Dengan memberanikan diri penulis menyapanya dan
memperkenalkan diri, setelah ngobrol jauh ternyata beliau juga orang Sumatra
Utara daerah Padang Sidimpuan. Nama beliau Prof.Dr. Ridwan Lubis yang juga
dosen dan juga guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tanpa basabasi lagi penulis
minta arahan dari beliau sehingga penulis dikenalkan Bapak Jaipuri yang juga
dosen IAIN di Medan. Konon kabarnya beliau orang yang baik hatinya dan pemurah
orangnya.
Setilah pulang penulis
langsung menelpon bapak Jaipuri Harahap dengan harapan beliau bisa memberikan
solusi. Setelah ngobrol-ngobrol beliau sangat
senang mendengar dengan niat penulis dan tujuan penulis beranjak dari pelosok
kanpung di Mandailing Natal desa Hutalancat Pakantan tercinta berangkat menuju
Ibu kota. Untuk sementara saya dikasi izin tinggal di rumah beliau, sebelum
dapat tempat tinggal. Di rumah penulis bantu-bantu ibu mengetik. Setelah
selesai penulis dikasi Rp 400.000 sebagai
pekerjaan apa saja yang bisa sya kerjakan. Setelah beberapa hari penulis
dipindahkan ke usaha fotocopy beliau.
Saya sudah berusaha semaximal mungkin
satu bulan kemudidan penulis mengajukan permohonan tempat tinggal sekaligus membantu kegiatan yang
ada di masjid tersebut. penulis langsung ke kampungsawah di kompeleks
geraha permai daerah ciputat. Karena respon pengurus yang masih mempertimbangkan
keberadaan penulis di masjid bahkan penulis dikahwatirkan seorang teroris.
Salah seorang jama’ah beliau adalah bapanda Erdiali dan bunda Nisa, yang sangat
baik hatinya, pemurah menawarkan penulis
tinggal dirumahnya untuk sementara. Semoga ketulus ikhlasan tersebut dibalas
oleh allah SWT amiin. Setelah hamper dua pecan di rumah Bapak Erdi Ali,
akhirnaya penulis mendapat izin untuk tinggal di masjid Nurul Huda Yang ada
didalam kompeleks geraha Permai tersebut.
Sebelum penulis
tempati dikamar masjid penulis mulai membersihkan dan menata fasilitas juga
perlengkapan yang lain. Ternyata tidak ada tempat tudur melihat keadaan yang
seperti itu Ibu Nisa kasihan dan menyuruh penulis untuk mengambil perlengkapan
keumahnya. Setelah itu karena penulis juga belum mempunyai aktivitas untuk
mendapatkan inkam, melihat hal seperti itu akhirnya saya ditawari mengajar di
TPQ yang ada di Masjid tersebut. Upah yang penulis terima jauh dari cukup tapi
Alhamdulillah penulis sangat bersyukur dan mudah-mudahan menjadi berkah.
Bantuan serta
dukungan dari keluarga bapak Erdi dan juga jama’ah yang tidak penulis uraikan
satu persatu dalam tulisan ini sangat besar sekali bagi penulis. Hanya Allah
yang dapat membalas kebaikan dari bapak ibu jama,ah masjid Nurul Huda yang saya
cintai karena Allah. Mudah-mudahan kita mendapat barokah dalam kehidupan kita
yang fana ini amiin.
Sewaktu penulis
tinggal di Masjid Nurul Huda saya diberi izin untuk mencari inkam dari luar
karena memang keadaan yang mengatakan. Penulis berangkat silaturahim kerumah
Bapak Yakup Amin yang mana beliau adalah salah satu dosen di IAIN SU Medan. Penulis
akhirnya dikenalkan dengan bapak Ubhan yang tinggal di Ciputat Baru, beliau
seprang usahawan. Setelah esok harinya penulis langsung datang kerumahnya setelah
ngobrol panjang lebar beliau menerima penulis menjadi karyawan di tokonya.
Penulis langsung ditawari langsung kerja untuk esok harinya, subhanalloh. Ini
karna rekomendasi dari Bapak Yakub Amin dan sudah kenal lama dengan bapak
Subhan barangkali karena itu makanya penulis langsung diterima kerja bersama
beliau.
Waktu terus
bergulir disuatu hari penulis bersilaturahim ketempat Ustad Syafii, karna
memang beliau sudah lama tidak berjumpa selaku sesame perantau dinegeri orang.
Setelah penulis jumpa dengannya kami ngobrol dan saya tanya kepadanya apakah
ada beasiswa. Jawabnaya…….! O ada akhi tapi setau saya itu untuk yang S1. Waduh
gimanaya ………..! Penulis minta tolong dan mengatakan coba dikasi tau saja dulu
sama Bunda itu mudah-mudahan ada jalan kemudahan. Setelah itu beliau langsung
menghubunginya dan menceritakan keronologis penulis. Setelah selesai nelpon
akhirnya penulis dikasi tau supaya dua hari setelah hari ini kita langsung
kerumah bunda tersebut.
Dua hari kemudian
kami merangkat menuju kerumah Bunda. Setelah ngobrol panjang lebar bunda itu
menyuruh saya mempersiapkan lamaran dan persiapan untuk di seleksi. Setelah
tiba saatnya peneleksian dari empat orang tampil satu persatu. Setelah semua
selesai tinggal menunggu pengumuman. Esok harinya saya mendapat berita dari
Syafii bahwa saya diterima menjadi anak asuh diyayasan Bait Al Hasan dengan
perasaan bahagia penulis langsung sujut syukur dan saya sudah bisa mulai masuk 3 Oktober akantetapi saya minta dispensasi akhirnya masuk tanggal 5 Oktober 2012. Yayasan Bait Al Hasan itu yang
dibina oleh Ayah Hasnil dengan Bunda Lies Henriyati.
Terimakasih Ya Allah……..! Engkau
mempertemukan penulis dengan keluarga ini, orang tua yang pemurah yang sudah
menjadi orang tua penulis dinegeri orang. Ya Allah berikan Kelapangan, umur
yang barokah kepada Ayah Bunda sekeluarga, lindungi kami ya Rob, bimbing kami
dengan hidayahMu supaya senantiasa sabar dalam menjalani cobaan dalam kehidupan
yang Engkau berikan Ya Robbal Alamin…..!
Begitulah
perjalanan hidup penulis yang penuh dengan tantangan dan rintangan, yang
barangkali sulit bagi penulis menguraikananya dengan kata-kata. Akan tetapi
itulah sekilas perjalanan penulis dari desa kecil menuju Ibukota yang konon
katanya “sekejam-kejam Ibutiri lebih kejam lagi Ibu kota”. Mudah-mudahan
bermanfaat, amiin.
Penulis
Ahmad Canra Krisnajaya Lubis