Jumat, 22 Maret 2013

MENGALAH UNTUK MENANG (senandung di kampung derita)



MENGALAH UNTUK MENANG (Senandung dilembah Gunung Kulabu di kampung Halaman Tercinta)

Perjalanan hidup ketika saya pulang kampong di bulan Februari  2013 yang cukup lumayan melelahkan bagi penulis akan tetapi itu semua sirna ketika penulis sudah sampai di kampung tercinta di bawah lembah Gunung Kulabu, disaat ketika ber jumpa kembali dengan Mak, Ayah Bunda tercinta juga dengan adik-adik saya yang sangat aku sayangi terutama si bungsu yang masih kecil sudah berani kos di asrama, keluar daerah tepatnya di Kota Nopan dengan berat hati orang tua yang harus berpisah dengannya. Sekarang tanpa terasa bagi penulis dia sudah kelas Dua  Tsanawiyah, dan dia juga selalu dapat juara di kelasnya, saya merasa bangga punya adaik- yang rajin dan pintar.  semester 3 yang lalu dia sms abang yang lagi di Jakarta melanjutkan studi S2, bahwa dia mendapat juara 1 di kelasnya. Adik yang ke-2 sudah semester 4 di IAIN SU Medan, ia mendapat nilai tertinggi dikelasnya dengan IPK 3,91. Alhamdulillah ya Allah saya diberikan adik-adik yang dapat membanggakan keluarganya terutama orangtuanya. Mereka ini yang sudah lama rasanya  penulis tinggalkan, mulai semenjak lebaran kemarin karena merantau melanjutkan studi ke graduate school University Islam Syarif  Hidayatullah Jakarta.
Waktu itu penulis di kampung halaman menjumpai suatu peristiwa yang aneh tapi nyata menurut pikiran penulis. Ketika itu diwaktu pagi menjelangsiang hari, saya mak dan adik sedang menjemur padi untuk di giling supaya dijadikan beras.Ketika sudah selesai si tukang masin nyamarah-marah takkaruan ntah karena ..! rupanya karena padinya tidak dikasi digiling di mesin padi miliknya. Kejadian itu yang sempat mengakibatkan peragmulut dengan mak. Dia marah dan padinya diserakin dijalanan. Penulis Istigfar saja lantas akhirnya penulis mengatakan kepada sipenggiling padikenapa kami tidak mengasi padi kepadanya, karena kerjanya tidak bagus kurang teliti mengerjakan penggilingan padi akhirnya hasil dari gilingan trsebut tidak bagus dan memuaskan.
            Setelah penulis jelaskan persoalannya  baru dia diam dan pergi nyelonong denagan motornya.Ternyata menurut kebiasaan sebelumnya memang sudah sifatnya yang seperti itu. Dari peristiwa itu kalau kita mudah terpancing dan dibawa emosi akan berakibat permasalahan yang akan semakin panjang yang bisa berujung kepada permusuhan.  Penulis akhirnya mengatakan kepada mak kita sabar maklum saja jangan diambil hati karena memang sudah sifat tabiatnya yang seperti itu.
Seperti inilah kisah nyata yang dijumpai dalam lingkungan sosial, terkadang yang tidak kita inginkan dating ditengah tengah kehidupan kita.Karena memangitulah dinamika kehidupan yang kita tidak mungkin lari dari segla bentuk yang harus kita hadapi dari corak macam ragam sikap orang dalam kehidupan tersebut. Ini merupakam suatu pengalaman hidup. Penulis merenung sejenak sambil berpikir ternyata hidup ini tidak semudah yang kita bayangkan dan kitaharapkan.
Sebagaimana kata orang bijak …!
“Rambut memang boleh, sama-sama hitam akan tetapi sikap, tabiat, perangai setiap orang pasti
berbeda-beda.”

Wahai saudaraku sekalian yang kucintai karena Allah…!
Apakah anda pernah melihat anak nelayan memancing kepiting?
Mereka mengikatkan tali dalam potongan dari sebatang bambu.Ujungnya diikatkan dikasi batu kecil. Lalu bambu itu diayun kearah kepiting yang diincar, dan disentak-sentakkan agar kepiting itu marah. Begitu sikepiting marah, ia akan mencengkeram batu kecil itu dengan kuat dan terjerat lah ia si kepiting karena kemarahannya!
Karena adanya akibat yang serupa dengan gambaran di atas, itulah sebabnya amarah kita tidak boleh mudah terpancing melihat orang jahat. Alasannya, itu hanya akan membawa kita kepada kejahatan. Dalam Al Quran banyak disinggung oleh Allah melalui firmanNy agar jangan marah kepada orang yang berbuat jahat. Juga dipertegas oleh Nabi kita Muhammad SAW supaya kitajanganmudah terpancing amarah alias emosi.
Ketika Nabi sedang bermuzakaroh dengan sahabatNya …!
Tiba-tiba ada yang datang seorang dari kalangan suku lain yang bertanya kepada beliau..!
Ia kemudian bertanya kepada Rasul perihal kebaikan apa yang harus sayalakukan wahai Rasul ?
Jangan marah, jangan marah, jangan marah, Rasul mengatakan dengan mengulang sampai tiga kali, itu mengisyaratkan supaya kit ajangan mudah terpancing emosi.
Emosi tinggi bisa membua tkita berbuat sesuatu yang berakibat buruk. Misalnya: karena ingin melampiaskan kemarahan, kita justru menyakiti orang lain baik fisik atau melukai perasaan orang. Bahkan sekalipun kemarahan itu beralasan! Kita bisa menjadi marah atau irihati terhadap orang  jahat, yang bebas berbuat jahat, tetapi seolah-olah hidup mereka tetap aman dan terlindungi dari murka Allah.
Dengan beranggapan seakan-akan Allah itu tidak berlaku adil. Sepertinya Dia membiarkan saja jika orang benar lebih kerap bermasalah dibanding orang jahat.
Benarkah?
Mengalah bukan berartikalah. Mengalah disini untuk “Menang” untuk tidak jatuh dalam perbuatan dosa.
Saudaraku seiman dan seaqidah sekalian yang dirahmati Allah SWT….!
Jika kita harus menyaksikan kefasikan merajalela dan kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita harus meneguhkan hati untuk tidak marah. Ya, marah kepada orang fasik hanya membuat kita masuk kedalam pancingan mereka. Dan kemarahan yang tak terkendali justru akan menjerat pelakunya kedalam lumbsh kenidtssn yskni dosa. Ingat saja penjelasan Al Quran. Orang fasik tak kan bertahan lama dalam keberdosaan, kejahatan mereka akan terbongkar juga. Tuhan selalu adil. Dia tidak menutup mata atas kefasikan yang mereka kerjakan.
KEBERUNTUNGAN  ORANG  FASIK  HANYA SEMENTARA KEBERUNTUNGAN ORANG BENAR SUNGGUH TAK TERKIRA Di DUNIA DAN DIAKHIRAT KELAK.