JANGAN
BOROS MEMAKAI TISSUE …!
Kamis, 23 Mei 2013
Minggu, 05 Mei 2013
Bagaimanakah Manusia Diuji Menurut al-Qur’an?
Bagaimanakah Manusia Diuji Menurut al-Qur’an?
Pertanyaan
Menurut al-Qur’an bagaimanakah
manusia itu diuji?
Jawaban Global
Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman,
“Aku mencipta manusia supaya Aku menguji di antara mereka siapa yang paling
baik amalnya” yang dimaksud dengan ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu
berbeda dengan pelbagai ujian yang diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian yang diselenggarakan
manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan
ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah
manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah,
menempa dan menyempurnakan manusia.
Allah Swt menggunakan beberapa jalan
dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya. Terkadang melalui
pelbagai kesulitan dan kepelikan hidup, terkadang dengan kebaikan dan
keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain
sebagainya.
Jawaban Detil
Definisi Ujian Ilahi
Apa yang disebut dalam bahasa kita
sebagai “ujian” atau “cobaan” disebutkan dalam ragam redaksi dalam al-Qur’an
misalnya, “ibtilâ”, “fitnah”, “tamhish.” Allah Swt dalam
al-Qur’an berfirman: Aku mencipta manusia supaya Aku menguji di antara mereka
siapa yang paling baik amalnya. “Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia
mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)
Yang dimaksud dengan ujian dan
cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian yang
diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian yang diselenggarakan
manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan
ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah
manusia.[1] Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah
ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia sebagaimana
para nabi Ilahi seperti Nabi Ibrahim yang ditempa dengan pelbagai ujian
kesulitan dan kepelikan hidup kemudian menggondol makam-makam tertinggi.[2]
Obyek-obyek Ujian Ilahi dalam
al-Qur’an
Ujian dan cobaan Ilahi untuk manusia
merupakan salah satu sunnahtullah.
Al-Qur’an menyatakan, “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs.
Al-Ankabut [29]:2-3) Terkadang al-Qur’an menyebutkan satu ujian umum yang
digelar untuk seluruh hamba Tuhan dengan ungkapan, “Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-Ankabut [29]:2)
Terkadang al-Qur’an menyingkap satu
jenis ujian khusus yang ditujukan untuk orang-orang dan kaum tertentu. Masalah
ini yang membentuk satu jenis episode dan kisah-kisah al-Qur’an, misalnya
kisah-kisah para nabi dan kaumnya.
Ayat-ayat yang berkisah tentang
ujian-ujian umum lebih banyak dari apa yang dapat dikemukakan di sini. Di sini
kami hanya akan menyinggung beberapa hal terkait dengan cobaan dan ujian-ujian
Ilahi yang disebutkan dalam al-Qur’an:
1. Pelbagai Kesulitan dan Kepelikan
Allah Swt menguji manusia dengan
perantara pelbagai kesulitan dan kepelikan. Allah Swt berfirman, “Dan
sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah [2]:155)
Pelbagai kesulitan adalah tungku
pembakaran yang memberikan kekuatan dan ketahanan pada besi. Demikian juga manusia
dalam tempaan tungku pembakaran pelbagai kesulitan dan kepelikan akan menjadi
kokoh dan kuat serta mampu untuk merobohkan pelbagai rintangan yang menghalang
di hadapannya dalam upayanya meniti jalan menuju kebahagiaan.
Bencana memiliki efek edukatif dan
pembinaan individu dan pembangun masyarakat. Kesulitan hidup akan membangunkan
dan mengingatkan manusia yang terlelap. Kesulitan hidup adalah penggerak tekad
dan kehendak manusia. Kesulitan-kesulitan hidup adalah laksana pemberi polesan
terhadap besi dan baja yang semakin dekat dengan magnet akan membuat orang
semakin bulat tekadnya, lebih aktif dan lebih giat. Karena tipologi hidup
adalah supaya manusia bertahan di hadapan pelbagai kesulitan dan bersiaga
menghadapinya. Kesulitan laksana senyawa kimia yang memiliki tipologi untuk
membangkitkan kuiditas dan merubah jiwa dan kepribadian manusia.[3]
2. Keburukan dan Kebaikan
Sebagaimana al-Qur’an menyatakan, “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan.” (Qs. Al-Anbiya [21]:35) Dengan demikian bahkan kebaikan
sekali pun juga dapat menjadi sebuah faktor ujian bagi manusia. Misalnya
seseorang yang mampu memperoleh kekayaan, harta atau tanggun jawab yang
menyebabkan dirinya dihormati dan disanjung namun ia tidak dapat
memanfaatkannya dengan baik sehingga mudah menjadi obyek tipu daya setan.
3. Melimpahnya Karunia
Ujian-ujian Ilahi tidak selamanya
dalam bentuk pelbagai peristiwa pelik dan susah melainkan terkadang Tuhan
menguji para hamba-Nya dengan karunia yang banyak dan melimpah[4] sebagaimana al-Qur’an menarasikan kisah Nabi Sulaiman, “Tetapi)
seseorang yang mempunyai sebuah ilmu dari kitab (samawi) berkata, “Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, “Ini termasuk
karunia Tuhan-ku untuk mencobaku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhan-ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”” (Qs. Al-Naml [27]:40)
Kelompok lainnya yang karam dalam
samudera anugerah dan segala fasilitas berada dalam jangkaunnya. Ujian mereka
adalah apakah dalam kondisi seperti ini untuk menunaikan tugas yaitu bersyukur
atas anugerah yang diberikan ini dan menolong orang-orang susah atau tenggelam
dalam kelalaian, angkuh, congkak, mementingkan diri sendiri.
4. Anak-anak
Al-Qur’an menyebutkan, “Dan
ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al-Anfal
[8]:28)
5. Iman dan Kafir
Al-Qur’an mengingatkan tentang
penjaga neraka dan menyebut jumlah mereka sebanyak sembilan belas malaikat
kemudian mengimbuhkan, “Kami tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan
dari malaikat dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan
sebagai cobaan bagi orang-orang kafir supaya ahli kitab (Yahudi dan Kristen)
menjadi yakin, supaya iman orang yang beriman bertambah, supaya ahli kitab dan
orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam
hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata, “Apakah yang dikehendaki
Allah dengan menjelaskan sifat-sifat neraka Saqar itu?” Demikianlah Allah
menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhan-mu
melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi
manusia.” (Qs. Al-Mudattsir [74]:31)
6. Ornamen dan Hiasan di Muka Bumi
Pada sebuah ayat al-Qur’an
disebutkan tentang apa yang terdapat di bumi dipandang sebagai sebuah ujian. “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (Qs.
Al-Kahf [18]:7) [IQuest]
[1]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 1, hal.
527, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Keduapuluh Satu, 1365 S.
[2]. “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya
dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu ia menunaikannya (dengan
baik). Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia.” Ibrahim berkata, “Dan dari keturunanku (juga)?” Allah berfirman,
“Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (Qs.
Al-Baqarah [2]:124)
[3]. Diadaptasi dari Pertanyaan No. 2056 (Site: 2418)
[4]. Tafsir Nemune, jil. 1, hal. 533.
Langganan:
Postingan (Atom)