Hikmah Diciptakannya Tangan
Add caption |
Kemudian
perhatikanlah hikmah diciptakannya tangan pada manusia atau alat-alat memegang
bagi makhluk lain. Karena manusia diciptakan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan seperti membangun, menjahit, menulis dan sebagainya, maka ia
diberi telapak tangan yang lebar dan tipis dengan jari-jari yang dapat
dibentang dan digenggamkan, dilipat dan diulurkan, dikumpulkan dan
dipisah-pisahkan. Sedang hewan ternak, karena tidak disiapkan untuk melakukan
hal-hal tersebut, tidak diberi telapak tangan dan jari-jari seperti itu. Namun terkadang umat manusia tidak pandai bersyukur. Tidak mensyukuri nikmat dengan nikmat yang diberikan, Allah memberikan mata tapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, diberikan telinga tidak digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah, diberikan tangan tidak digunakan untuk menegakkan agama Islam, mecegah kemungkaran. Malah yang terjadi ssebaliknya, dengan menggunakan kekuasaan ia melakukan pengrusakan di muka bumi Allah ini. Nauzubillah ...
Allah sangat adil dalam membagi rezeki makhluknya dibumi dengan diperkuat oleh organ tubuh yang ada pada dirinya masing-masing. Seperti misalnya hewan buas dalam mencari rezki dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Karena
sudah ditakdirkan makanan sebagian hewan itu didapat dari buruannya seperti
hewan buas, maka diciptakanlah untuknya telapak-telapak yang kokoh yang
memiliki kuku-kuku dan cakar-cakar yang dapat dipergunakan untuk menangkap
hewan buruan, tapi tidak untuk pekerjaan kerajinan. Ini semua tentang
hewan-hewan pemakan daging.
Adapun
hewan-hewan pemakan tumbuhan, karena ditakdirkan tidak menangkap buruan dan
tidak melakukan keterampilan, maka untuk sebagian hewan ini diciptakan
kuku-kuku yang melindunginya dari kekerasan tanah apabila dia berkeliling
mencari rerumputan. Sebagian lagi diberi tapal kaki yang cekung seperti telapak
kaki manusia agar pas di tanah dan kuat bila ditunggangi dan diberi beban.
Allah Ta’ala tidak menciptakan cakar dan kuku yang tajam untuknya karena dia
tidak membutuhkannya ketika makan.
Miftah Ad Dar As Sa’adah – Ibnul
Qoyyim Al Jauziyah.
Abul-Hasan
Al-Asy’ariy rahimahullah berkata :
وأن له يدين
بلا كيف كما قال : { خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
“Bahwasannya
Allah mempunyai dua tangan tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya),
sebagaimana firman-Nya : ‘Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’, dan juga sebagaimana firman-Nya : ‘Akan
tetapi kedua tangan-Nya terbuka”.
Makna segi Bahasa
:
[بلا كيف] :
Tanpa menggambarkan bagaimananya secara spesifik bagi sifat Allah tersebut.
Dapat kita
artikan
Penetapan
sifat dua tangan terdapat dalam beberapa tempat dalam Kitabullah dan sunnah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dalil dari Kitabullah, telah disebutkan muallif(Abul-Hasan Al-Asy’ariy) sebagian di antaranya. Adapun
dalil dari sunnah, Al-Bukhariyrahimahullah telah
memuatnya dalam kitab Shahih-nya, bab : qaulullaahu
ta’ala : limaa khalaqtu bi-yadaiy (Bab :
Firman Allah ta’ala : ‘kepada
yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’), yang merupakan bagian dari Kitaab
At-Tauhiid. Ia (Al-Bukhaariy) membawakan sejumlah
hadits shahih yang kesemuanya menetapkan sifat dua tangan Allahta’ala.
Di antaranya adalah hadits Anas bin Maalik secara marfu’ tentang asy-syafaa’atul-‘udhmaa, yang padanya terdapat perkataan :
« يجتمع المؤمنون يوم القيامة
فيقولون : لو استشفعنا إلى ربنا يُرِحْنا من مكاننا هذا ، فيأتون آدم فيقولون : يا
آدم ، أما ترى الناس ؟ خلقك الله بيده وأسجد لك ملائكته وعلمك أسماء كل شيء ، اشفع
لنا إلى ربك »
“Pada hari
kiamat Allah mengumpulkan orang-orang mukmin. Lalu mereka berkata : 'Seandainya
saja kita meminta syafaat kepada Rabb kita sehingga Dia bisa menjadikan kita
merasa aman dari tempat kita sekarang ini ?’. Kemudian mereka menemui Adam dan
berkata : ‘Wahai Adam, bukankah engkau menyaksikan (keadaan) manusia ? Allah
telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, menjadikan para malaikat sujud kepadamu,
dan mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Oleh karena itu, berikanlah syafa’at
kepada kami kepada Rabb-mu”.
Dan juga
hadits Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa yang
padanya terdapat perkataan :
« إن الله يقبض يوم القيامة الأرض
وتكون السماوات بيمينه ثم يقول : أنا الملك »
“Sesungguhnya
Allah akan menggenggam bumi pada hari kiamat dan langit-langit berada di tangan
kanan-Nya, lalu berfirman : ‘Aku adalah Raja”
Dan juga
hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, yang di
dalamnya terdapat sabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam :
« يد الله ملأى لا يغيضها نفقة
سحَّاء الليل والنهار »
“Tangan
Allah selalu penuh, tidak kurang karena memberi nafkah, dan selalu dermawan
baik malam maupun siang
Nash-nash
yang telah disebutkan di atas merupakan dalil penetapan (sifat) dua tangan bagi
Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak
boleh di-ta’wil sedikitpun. Tidak mungkin memahami dua tangan kecuali
dengan (makna) hakekatnya. Barangsiapa yang tidak membawa makna sifat dua
tangan sesuai hakekatnya, maka ia seorang mu’aththil (orang yang
menafikkan sifat Allah) terhadap sifat tersebut. Al-Imam Abu Haniifah rahimahullah secara
jelas mengatakan bahwa siapa saja yang tidak membawa nash-nash sesuai dengan
(makna) hakekatnya, serta men-ta’wil-kan sifat dua tangan dengan
kekuasaan (al-qudrah) atau nikmat (an-ni’mah), sungguh ia telah
mengingkari sifat itu sendiri.
Abul-Hasan
Al-Asy’ariy rahimahullah berkata :
وأن له يدين
بلا كيف كما قال : { خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
“Bahwasannya
Allah mempunyai dua tangan tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya),
sebagaimana firman-Nya : ‘Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’, dan juga sebagaimana firman-Nya : ‘Akan
tetapi kedua tangan-Nya terbuka”.
Dengan tangan ini orang bisa menjadi mulia, dan dengan tangan juga orang bisa menjadi celaka. banyak hal yang bisa dilakukan ketila lita punya tangan (kekuasaan). Dan adajuga orang yang menggunakan kekuasaannya untuk berbuat sewenang-wenang, bahkan menzalimi oranglain bahlan saudaranya sendiri.
Subhanallah betapa beruntungnya orang yang menggunakan tangannya untuk yang disukai oleh Allah dan Rasulnya.
Sebaliknya amat merugilah orang yang menggunakan tangannya dengan hal-hal yang tidak disukai malah dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya