Rabu, 27 November 2013

Hikmah Diciptakannya Tangan



Hikmah Diciptakannya Tangan
Add caption

Kemudian perhatikanlah hikmah diciptakannya tangan pada manusia atau alat-alat memegang bagi makhluk lain. Karena manusia diciptakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti membangun, menjahit, menulis dan sebagainya, maka ia diberi telapak tangan yang lebar dan tipis dengan jari-jari yang dapat dibentang dan digenggamkan, dilipat dan diulurkan, dikumpulkan dan dipisah-pisahkan. Sedang hewan ternak, karena tidak disiapkan untuk melakukan hal-hal tersebut, tidak diberi telapak tangan dan jari-jari seperti itu. Namun terkadang umat manusia tidak pandai bersyukur. Tidak mensyukuri nikmat dengan nikmat yang diberikan, Allah memberikan mata tapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, diberikan telinga tidak digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah, diberikan tangan tidak digunakan untuk menegakkan agama Islam, mecegah kemungkaran. Malah yang terjadi ssebaliknya, dengan menggunakan kekuasaan ia melakukan pengrusakan di muka bumi Allah ini. Nauzubillah ... 
Allah sangat adil dalam membagi rezeki makhluknya dibumi dengan diperkuat oleh organ tubuh yang ada pada dirinya masing-masing. Seperti misalnya hewan buas dalam mencari rezki dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Karena sudah ditakdirkan makanan sebagian hewan itu didapat dari buruannya seperti hewan buas, maka diciptakanlah untuknya telapak-telapak yang kokoh yang memiliki kuku-kuku dan cakar-cakar yang dapat dipergunakan untuk menangkap hewan buruan, tapi tidak untuk pekerjaan kerajinan. Ini semua tentang hewan-hewan pemakan daging.
Adapun hewan-hewan pemakan tumbuhan, karena ditakdirkan tidak menangkap buruan dan tidak melakukan keterampilan, maka untuk sebagian hewan ini diciptakan kuku-kuku yang melindunginya dari kekerasan tanah apabila dia berkeliling mencari rerumputan. Sebagian lagi diberi tapal kaki yang cekung seperti telapak kaki manusia agar pas di tanah dan kuat bila ditunggangi dan diberi beban. Allah Ta’ala tidak menciptakan cakar dan kuku yang tajam untuknya karena dia tidak membutuhkannya ketika makan.
Miftah Ad Dar As Sa’adah – Ibnul Qoyyim Al Jauziyah.
Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkata :
وأن له يدين بلا كيف كما قال : { خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
“Bahwasannya Allah mempunyai dua tangan tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya), sebagaimana firman-Nya : ‘Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’, dan juga sebagaimana firman-Nya : ‘Akan tetapi kedua tangan-Nya terbuka”.
Makna segi Bahasa :
[بلا كيف] : Tanpa menggambarkan bagaimananya secara spesifik bagi sifat Allah tersebut.
Dapat kita artikan
Penetapan sifat dua tangan terdapat dalam beberapa tempat dalam Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dalil dari Kitabullah, telah disebutkan muallif(Abul-Hasan Al-Asy’ariy) sebagian di antaranya. Adapun dalil dari sunnah, Al-Bukhariyrahimahullah telah memuatnya dalam kitab Shahih-nya, bab : qaulullaahu ta’ala : limaa khalaqtu bi-yadaiy (Bab : Firman Allah ta’ala : ‘kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’), yang merupakan bagian dari Kitaab At-Tauhiid. Ia (Al-Bukhaariy) membawakan sejumlah hadits shahih yang kesemuanya menetapkan sifat dua tangan Allahta’ala. Di antaranya adalah hadits Anas bin Maalik secara marfu’ tentang asy-syafaa’atul-‘udhmaa, yang padanya terdapat perkataan :
« يجتمع المؤمنون يوم القيامة فيقولون : لو استشفعنا إلى ربنا يُرِحْنا من مكاننا هذا ، فيأتون آدم فيقولون : يا آدم ، أما ترى الناس ؟ خلقك الله بيده وأسجد لك ملائكته وعلمك أسماء كل شيء ، اشفع لنا إلى ربك »
“Pada hari kiamat Allah mengumpulkan orang-orang mukmin. Lalu mereka berkata : 'Seandainya saja kita meminta syafaat kepada Rabb kita sehingga Dia bisa menjadikan kita merasa aman dari tempat kita sekarang ini ?’. Kemudian mereka menemui Adam dan berkata : ‘Wahai Adam, bukankah engkau menyaksikan (keadaan) manusia ? Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, menjadikan para malaikat sujud kepadamu, dan mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Oleh karena itu, berikanlah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu”.
Dan juga hadits Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa yang padanya terdapat perkataan :
« إن الله يقبض يوم القيامة الأرض وتكون السماوات بيمينه ثم يقول : أنا الملك »
Sesungguhnya Allah akan menggenggam bumi pada hari kiamat dan langit-langit berada di tangan kanan-Nya, lalu berfirman : ‘Aku adalah Raja”
Dan juga hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, yang di dalamnya terdapat sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
« يد الله ملأى لا يغيضها نفقة سحَّاء الليل والنهار »
“Tangan Allah selalu penuh, tidak kurang karena memberi nafkah, dan selalu dermawan baik malam maupun siang
Nash-nash yang telah disebutkan di atas merupakan dalil penetapan (sifat) dua tangan bagi Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak boleh di-ta’wil sedikitpun. Tidak mungkin memahami dua tangan kecuali dengan (makna) hakekatnya. Barangsiapa yang tidak membawa makna sifat dua tangan sesuai hakekatnya, maka ia seorang mu’aththil (orang yang menafikkan sifat Allah) terhadap sifat tersebut. Al-Imam Abu Haniifah rahimahullah secara jelas mengatakan bahwa siapa saja yang tidak membawa nash-nash sesuai dengan (makna) hakekatnya, serta men-ta’wil-kan sifat dua tangan dengan kekuasaan (al-qudrah) atau nikmat (an-ni’mah), sungguh ia telah mengingkari sifat itu sendiri.
 Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkata :
وأن له يدين بلا كيف كما قال : { خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
“Bahwasannya Allah mempunyai dua tangan tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya), sebagaimana firman-Nya : ‘Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’, dan juga sebagaimana firman-Nya : ‘Akan tetapi kedua tangan-Nya terbuka”.
       Dengan tangan ini orang bisa menjadi mulia, dan dengan tangan juga orang bisa menjadi celaka. banyak hal yang bisa dilakukan ketila lita punya tangan (kekuasaan). Dan adajuga orang yang menggunakan kekuasaannya untuk berbuat sewenang-wenang, bahkan menzalimi oranglain bahlan saudaranya sendiri.
 Subhanallah betapa beruntungnya orang yang menggunakan tangannya untuk yang disukai oleh Allah dan Rasulnya.
Sebaliknya amat merugilah orang yang menggunakan tangannya dengan hal-hal yang tidak disukai malah dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya

Jumat, 25 Oktober 2013

HAKIKAT DAN MAKNA HIJRAH



HAKIKAT DAN MAKNA HIJRAH



            Masih segarkah saudaraku sekalian dalam ingatan kiata. Sepertinya baru kemarin kita merayakan tahun baru Islam 1434 H. Sebagaimana perputaran masa, dimulai dari detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan dan bulanpun berganti dengan tahun. Saudaraku sekalian kini tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru Hijiariah 1435.Begitulah cepatnya perputaran waktu …
Wahai saudaraku …
Sadar atau tidakkah kita ini adalah suatu tamsilan yang Allah berikan kepada kita, bahwa ajal kita juga akan datang tanpa terasa bagi kita nantinya. Karena itu sungguh beruntung orang yagn mempergunakan eaktunya dengan sebaik-baiknya dalam hal yang bermanfaat. Yaitu orang yang senantiasa mengisi hari-harinya dengan niat lillahi ta’ala.
     Dalam kesempatan ini penulis akan membahas sedikit persoaalan hijrah dalam rangka saling mengingatkan diantara kita, yang apabila diukur dengan ilmu Allah barangkali tidak sampai satu titik. Meskipun begitu namanya seorang insan yang penuh kedoifan ini senantiasa terus berusaha untuk menjadi hamba yang paling baik dihadapan-Nya kelak.
        Muharram diawali dengan perjalanan/Hijrah nabi Muhammad SAW dari Mekkah menuju  madinah.Yang demikian itu menjadi ketetapan awal bulan bagi umat muslim. Hijrah Insaniyyah, Hijrah Tsaqafiyyah, dan Hijrah Islamiyyah. Hijrah Insaniyyah Sebagai transformasi nilai-nilai kemanusiaan, sebagaiman dakwah Rasulullah saw. bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama, hanya Allahlah satu-satunya Zat yang memiliki perbedaan dengan manusia. Itulah inti kalimat Syahadat أشهد أن لا اله الا الله  bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah.
            Hijrah ini dapat kita bagi menjadi tiga:
1.      Hijrah Insaniyyah
ialah Sebagai transformasi nilai-nilai kemanusiaan, sebagaiman dakwah Rasulullah saw. bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama, hanya Allahlah satu-satunya Zat yang memiliki perbedaan dengan manusia. Kita  selaku hamba harus terus berusaha sekuat ungkin untuk mencapai umat yang paling baik. Setelah beusaha baru kita tawakkal kepada Allah, maka itulah takdir yang harus kita jalani. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Ali ‘Imran/3 ayat 159, yang berbunyi:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
2.      Kemudian kita memaknai momentum hijrah ini sebagai Hijrah Tsaqafiyyah,
yaitu hijrah kebudayaan. Hijrah dari kebudayaan jahiliyyah menuju kebudayaan madaniyah. Kebudayaan yang sarat dengan makna dan kemuliaan sebagaimana diperlihatkan oleh Rasulullah dalam tata krama keseharian. Dalam pergaulannya, beliau menghargai dan menggauli semua orang dengan cara yang sama tanpa ada perbedaan. Bahkan lebih dari itu, beliau selalu bertindak sopan dan ramah kepada semua orang tidak pernah pandang bulu. Sebagaimana sabda beliau
إنما البعثت لأتمم مكارم الأخلاق
 Bahwasannya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
          Inilah sejatinya fondasi kebudayaan dalam kacamata Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. Termasuk di dalamnya adalah kebersamaan, gotong royong dan kesetia kawanan. Inilah nilai-nilai yang kini mulai lenyap dari kehidupan kita digantikan dengan individualism dan kapitalime.
3.      Yang selanjutnya  hijrah sebagai Hijrah Islamiyyah,
yaitu peralihan kepeasrahan kepada Allah secara total. Momentum hijrah ini harus kita maknai sebagai upaya peralihan diri menuju kepasrahan total kepada Allah Yang Maha Kuasa. Artinya setelah modernism menggiring kita kepada rasionalisme yang tinggi, hingga menyandarkan kehidupan kepada teknologi. Dan mengandalkan struktur sebuah system. Maka kini saatnya kita berbalik kepada Allah Yang Maha Pencipta. Sadarlah bahwasannya berbagai pertunjukan modernisme semata merupakan hasil kreatifitas manusia belaka. إنما بعثت لأتم صالح الاخلق   
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).
Dalam penjelasan lain disebutkan:
Allah sendiri memuji akhlak Rasulullah SAW dengan menyebut:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam: 4).
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21
Oleh karenanya, marilah di awal tahun baru ini kita memulai hidup baru dengan paradigma yang baru sesuai dengan makna hijrah tersebut.
اللهم ربنا اصرف عنا عذاب جهنم إن عذابها كان غراما, إنها سائت مستقرومقاما, ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما, بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
      Beberapa peristiwa penting , dimana para Nabi dan Rasul banyak mendapat anugerah dari Allah subhana wa Ta'ala yang Maha Suci, diantaranya :
Ternyata ada rahasia dibalik 10 muharram. Mari kita lihat satu persatu …
1. Setelah beratus-ratus tahun lamanya Nabi Adam as meminta ampunan dan bertobat kepada Allah SWT, maka pada hari yang bersejarah yaitu tanggal 10 Muharam Allah SWT telah menerima taubat Nabi Adam as. Inilah salah satu penghormatan kepada Nabi Adam as. Ratusan tahun bertobat.. Begitu lama sekali Nabiyullah Adam as melakukan tobat ini.
2. Nabi Idris as memperoleh derajat yang luhur, dibawa ke langit disebabkan karena beliau bersifat belas kasihan kepada sesamanya.
3. Nabi Musa as mendapat anugrah kitab Taurat ketika beliau berada di bukit Thursina (Sinai) dan Saat diselamatkannya beliau dari pasukan Fir'aun saat menyeberangi Laut Merah.
4. Nabi Ibrahim as terhindar dari siksaan raja Namrud, karena di tuduh menghancurkan berhala dikuil tempat pemujaan Namrud, meskipun beliau sudah dilemparkan kedalam api unggun yang menyala-nyala
5. Nabi Nuh as turun dari perahu penyelamat bersama umatnya yang beriman, terhindar dari air bah dan taufan yang dasyat.
6. Nabi Yusuf as di bebaskan dari penjara mesir. Karena sebelumnya ia dituduh Zulaikha yang menuduh Nabi Yusuf as memperkosanya, padahal sebaliknya, bahwa wanita itu yang mengajak berbuat zina
7. Kesembuhan Nabi Yakub dari kebutaan dan beliau dipertemukan kembali dengan putranya yakni Nabi Yusuf pada hari Asyura.
8. Allah SWT menerima taubat Nabi Yunus as , dan menyelematkan beliau dari perut ikan nun (jenis ikan yang sangat besar).
9. Pada tanggal 10 Muharam, Allah SWT telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman. Tanggal itu merupakan suatu penghormatan kepada beliau. Akhirnya sebagai bentuk rasa syukur, Nabi Sulaiman berpuasa dan beribadah kepada Allah SWT.
10. Nabi Daud as di sucikan dari dosa dan dibersihkan dari segala fitnah serta tuduhan. Di sebabkan beliau telah mengirimkan panglimanya hingga gugur, padahal sang panglima memiliki istri yang amat cantik.
11. Pada 10 Muharam ini juga, Allah mengangkat Nabi Isa as ke langit, di mana Allah telah menukarkan Nabi Isa as dengan Yahuza. Ini merupakan satu penghormatan kepada Nabi Isa as daripada kekejaman kaum Bani Israil.
12. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya pada hari asyura’ mendapat anugrah dan kewaspadaan dalam menetapi hidayah Al-Qur’an (hijrahnya Rasulullah SAW).
Oleh karena pentingnya kejadian-kejadian tersebut, yakni pada hari Asyura’ para Nabi banyak memperoleh anugerah dari Allah subhana wa Ta'ala. Maka bagi umat Islam disunnahkan (diutamakan) untuk menjalankan ibadah puasa dan memperbanyak tafakur serta menambah amal ibadah lainnya.
Puasa Asyura menghapus dosa-dosa kecil yang telah diperbuat tahun lalu. Pada hari Asyuro umat Islam disunnahkan untuk melakukan banyak kebaikan diataranya adalah memberikan santunan kepada Anak Yatim maupun Piatu .


           Jelaslah siapa saja yang menginginkan kehidupan di dunia hingga akhirat berjalan normal sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. tiada jalan lain kecuali kembali mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, dan dengan ketakwaan inilah kehidupan dunia hingga akhirat akan berlangsung normal.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِين
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” (Al-Baqarah : 208).
      Jadilah wahai saudaraku muslim yang kaffah, krena muslim yang seperti inilah yang akan mendapat penilaian terpuji dan maqom tertinggi nantinya ketika kita telah berhadapan dengan Allah Yangmaha Kuasa.
Terimakasih atas perhatian dan saran-sarannya. Mohonmaaf apabila ada kekeliruan karena yang benar mutlak hanyalah Allah semata.

Minggu, 22 September 2013

HIKMAH-HIKMAH DALAM DALAM KEHIDUPAN YANG FANA



Hikmah Pohon
 
      Perhatikan pula hikmah pohon-pohon! kita lihat dalam setiap tahun mereka hamil dan melahirkan. Mereka selalu menjalani peristiwa kehamilan dan kelahiran ini. Apabila Tuhan mengizinkannya hamil, panas alami tersimpan di dalamnya agar terjadi kehamilan pada masa yang telah ditakdirkan. Masa ini seperti masa terbentuknya sperma. Sel-sel melakukan proses di dalamnya, menyiapkannya untuk kehamilan. Sehingga, apabila waktu kehamilan telah tiba, air mengalirinya hingga sisi-sisinya menjadi lentur. Air mengaliri dahan-dahannya; panas dan kelembaban menyebar di seluruh bagiannya. Apabila waktu melahirkan telah tiba, pohon-pohon itu mengenakan baju-baju baru. Yakni, bunga dan daun yang indah-indah yang dibanggakannya di hadapan pohon yang mandul.
Apabila anak-anaknya telah muncul dan kehamilannya tampak, saat itulah diketahui mana pohon yang baik dan mana yang tidak. Dan, yang memberi makanan kepada kandungan itu adalah Tuhan yang memberi makanan kepada janin di dalam perut ibunya. Dia menutupinya dengan dedaunan, melindunginya dari panas dan dingin.
Apabila kehamilan telah sempurna dan tiba saat penyapihan serta dahan-dahannya menjuntai ke bawah, seakan-akan dia menyerahkan buahnya kepadamu. Apabila Anda mendatanginya, Anda melihat seakan-akan dahan-dahannya menyongsong kedatanganmu dengan anak-anaknya, menyalamimu, dan memuliakanmu dengan mereka; menyerahkan kepadamu seperti anugerah. Dia tidak menyerahkan dengan tangannya, apalagi buah-buah surga yang rendah-rendah yang dapat digapai oleh orang mukmin baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Begitu pula Anda lihat pohon Raihan (tumbuhan yang berbau harum), seakan-akan menyapa kamu dengan nafasnya yang segar dan menyongsong kehadiranmu dengan baunya yang harum. Semua itu untuk menghormatimu, mengingat kebutuhanmu, dan mengutamakan kamu atas hewan-hewan. Apakah karunia ini membuatmu lupa terhadap sang pemberi nikmat? Pantaskah kalau kamu menggunakannya dalam kemaksiatan dan hal-hal yang dimurkai-Nya? Bagaimana jika kamu mengingkarinya dan mengatakan itu bukan dari Dia? Sebagaimana Allah berfirman, “Kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah)/’ (al-Waaqi’ah: 2)
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)


لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَة ٢

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)

Rasulullah SAW bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya”. [HR. Al-Bukhori].
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا‎ ‎إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ‏‎ ‎لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ‏‎ ‎لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ‏‎ ‎السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ‏‎ ‎صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ‏‎ ‎فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا‎ ‎يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ‏‎ ‎لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]

Sudah sepantasnya orang yang berakal berkelana dengan pikirannya, merenungkan nikmat dan karunia itu, berulang-ulang menyebutnya. Barangkali dengan begitu dia dapat mengerti tujuannya: apa hakikatnya, untuk apa diciptakan, kenapa disediakan, dan apa yang dituntut darinya terhadap nikmat-nikmat ini. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (al-A’raaf: 69)
         Jadi, mengingat-ingat karunia dan nikmat Allah SWT atas hamba-hamba-Nya adalah sebab kebahagiaan dan keberuntungan. Karena hal itu makin menambah cinta, syukur, taat, dan kesadaran akan kurangnya melaksanakan kewajiban kepada Allah Ta’ala. 
 ...........................Ayo . o.o.o
"Mari ber Muhasabah Diri"
(Miftah Ad Dar Sa’adah – Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)

Hikmah Turunnya Hujan

Seperti yang kita rasakan di tahun-tahun terakhir ini cuaca terkadang kurang bersahabat, bahkan  tidak bisa diperkirakan oleh badan peramal cuaca sekalipun, terkadang kelihatannya cerah  tiba-tiba hujan deras datang.  Keadaan yang seperti ini yang terjadi di negara indonesiatercinta. Tentunya ini semua tidak terlepas dari penduduk yang ada di bumi, khususnya Indonesia. Kita ditegor oleh Allah dengan lembut melalaui goyangan gempa bumi hampir sudah melanda diberbagai daerah di Indonesia, Sunami, Banjir Bandang, Longsor dan bencana lainnya yang menimpa tanah air kita khususnya. Ini semua terjadi karena kejahilan, keserakahan manusia.
Mengenai hal ini Allah berfirman yang disampaikan melalui Nabi Muhammad dari ratusan tahun yang telah lampau telah mengingatkan kita " bahwa kerusakan didarat dan dilaut karena ulah tangan manusia".
Kemudian perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam turunnya hujan ke atas bumi dari ketinggian; sehingga siramannya mencakup perbukitan, lembah, dataran tinggi maupun rendah. Kalau Allah hanya menyiramkannya dari salah satu sisi bumi, tentu air tidak mencapai dataran tinggi kecuali apabila terkumpul dengan melimpah di dataran rendah. Akan tetapi, cara itu merusak.
Sebab itu, ada hikmahnya Allah menyiramkan air hujan dari atas bumi. Allah SWT menciptakan awan yang merupakan penyiram bumi. Lalu mengirimkan angin yang membawa air dari laut, dan angin itu membuahinya seperti pejantan membuahi betina. Oleh karena itu, Anda dapati daerah-daerah dekat laut banyak hujan sedang di daerah yang jauh dari laut sedikit turun hujan.
Dalam al-Muwattha’ disebutkan sebuah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah yang sebenarnya adalah salah satu dari empat hadits yang diriwayatkan dari tabi’in (maqthu’) yang terdapat dalam kitab ini,
“Apabila terbentuk awan dari arah laut, lalu berjalan ke arah Syam, awan itu akan menurunkan hujan deras. “(HR Malik)
Allah SWT menciptakan air di awan. Kadang dengan mengubah udara menjadi air. Adakalanya udara membawa air itu dari laut lalu membuahi awan dengan air tersebut dan menurunkannya ke bumi dengan hikmah-hikmah yang telah kami sebutkan. Kalau saja Allah SWT menggiring air dari laut ke darat dengan mengalir di permukaan bumi, tentu tidak terjadi siraman yang meluas. Selain itu, pasti akan merusak banyak bagian bumi. Oleh karena itu, Allah SWT menaikkannya ke angkasa dengan kelembutan dan kekuasaan-Nya, lalu diturunkan-Nya lagi ke permukaan bumi dengan penuh hikmah. Seluruh makhluk berakal tidak dapat merekomendasikan suatu usulan yang lebih baik. Allah SWT menurunkan air, dan bersamaan dengan itu, turun pula rahmat-Nya.
(Miftah Dar as-Sa’adah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)

Hikmah Panas dan Dingin

Sekarang, perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam panas dan dingin. Betapa hidup hewan dan tanaman tergantung kepadanya! Salah satu dari keduanya masuk kepada yang lain secara berangsur dan perlahan sampai mencapai titik akhir. Kalau masuk secara tiba-tiba, tentu membahayakan dan bahkan membinasakan badan dan tanaman; seperti orang yang keluar dari pemandian air hangat ke tempat yang amat dingin. Kalau bukan karena hikmah dan rahmat-Nya, tentu tidak dibuat demikian.
Jika Anda menyanggah dengan mengatakan bahwa terjadinya hal ini secara berangsur-angsur dan perlahan adalah untuk memperlambat jalannya matahari dalam naik dan turunnya, dengarlah jawabannya berikut ini! Kalau memang benar begitu, lalu apa penyebab naik-turunnya (matahari) itu? Kalau kamu menjawab karena jauhnya jarak dari tempat terbit dan tenggelamnya, kamu ditanya lagi, apa yang menyebabkan jarak keduanya berjauhan? Dan demikianlah pertanyaan akan terus membuntuti kamu setiap kali kamu menentukan sebuah sebab, sampai akhirnya tiba pada dua kemungkinan. Yakni, kamu keras kepala dengan mengklaim bahwa itu terjadi kebetulan tanpa pengatur dan pembuat. Atau kamu mengakui adanya Tuhan Seru Sekalian Alam dan mengimani adanya pengatur langit serta bumi, kemudian masuk ke dalam golongan para pemilik akal. Anda tidak akan menjumpai pilihan ketiga.
Karenanya, janganlah melelahkan otak Anda dengan igauan orang-orang ateis. Semua igauan mereka, bagi orang yang tahu, adalah kegilaan setan dan khayalan orang-orang kafir. Apabila fajar hidayah  telah terbit, dan cahaya kenabian telah bersinar, maka tentara khayalan-khayalan itulah barisan pertama yang kalah. Allah SWT pasti menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci.
(Miftahud Darussa’adah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah).