Hikmah Pohon
Perhatikan pula hikmah pohon-pohon! kita lihat dalam setiap tahun mereka hamil dan melahirkan. Mereka selalu menjalani peristiwa kehamilan dan kelahiran ini. Apabila Tuhan mengizinkannya hamil, panas alami tersimpan di dalamnya agar terjadi kehamilan pada masa yang telah ditakdirkan. Masa ini seperti masa terbentuknya sperma. Sel-sel melakukan proses di dalamnya, menyiapkannya untuk kehamilan. Sehingga, apabila waktu kehamilan telah tiba, air mengalirinya hingga sisi-sisinya menjadi lentur. Air mengaliri dahan-dahannya; panas dan kelembaban menyebar di seluruh bagiannya. Apabila waktu melahirkan telah tiba, pohon-pohon itu mengenakan baju-baju baru. Yakni, bunga dan daun yang indah-indah yang dibanggakannya di hadapan pohon yang mandul.
Apabila
anak-anaknya telah muncul dan kehamilannya tampak, saat itulah diketahui mana
pohon yang baik dan mana yang tidak. Dan, yang memberi makanan kepada kandungan
itu adalah Tuhan yang memberi makanan kepada janin di dalam perut ibunya. Dia
menutupinya dengan dedaunan, melindunginya dari panas dan dingin.
Apabila
kehamilan telah sempurna dan tiba saat penyapihan serta dahan-dahannya
menjuntai ke bawah, seakan-akan dia menyerahkan buahnya kepadamu. Apabila Anda
mendatanginya, Anda melihat seakan-akan dahan-dahannya menyongsong kedatanganmu
dengan anak-anaknya, menyalamimu, dan memuliakanmu dengan mereka; menyerahkan
kepadamu seperti anugerah. Dia tidak menyerahkan dengan tangannya, apalagi
buah-buah surga yang rendah-rendah yang dapat digapai oleh orang mukmin baik
dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Begitu
pula Anda lihat pohon Raihan (tumbuhan yang berbau harum), seakan-akan menyapa
kamu dengan nafasnya yang segar dan menyongsong kehadiranmu dengan baunya yang
harum. Semua itu untuk menghormatimu, mengingat kebutuhanmu, dan mengutamakan
kamu atas hewan-hewan. Apakah karunia ini membuatmu lupa terhadap sang pemberi
nikmat? Pantaskah kalau kamu menggunakannya dalam kemaksiatan dan hal-hal yang
dimurkai-Nya? Bagaimana jika kamu mengingkarinya dan mengatakan itu bukan dari
Dia? Sebagaimana Allah berfirman, “Kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan)
dengan mendustakan (Allah)/’ (al-Waaqi’ah: 2)
Rasulullah SAW bersabda,
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَة ٢
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)
Rasulullah SAW bersabda,
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ
لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ
السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ
فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ
صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang
dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri
akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya,
maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun
yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah
baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi
sedekah baginya.” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]Sudah sepantasnya orang yang berakal berkelana dengan pikirannya, merenungkan nikmat dan karunia itu, berulang-ulang menyebutnya. Barangkali dengan begitu dia dapat mengerti tujuannya: apa hakikatnya, untuk apa diciptakan, kenapa disediakan, dan apa yang dituntut darinya terhadap nikmat-nikmat ini. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (al-A’raaf: 69)
Jadi, mengingat-ingat karunia dan
nikmat Allah SWT atas hamba-hamba-Nya adalah sebab kebahagiaan dan
keberuntungan. Karena hal itu makin menambah cinta, syukur, taat, dan kesadaran
akan kurangnya melaksanakan kewajiban kepada Allah Ta’ala.
...........................Ayo . o.o.o
"Mari ber Muhasabah Diri"
...........................Ayo . o.o.o
"Mari ber Muhasabah Diri"
(Miftah Ad Dar Sa’adah – Ibnul
Qoyyim Al Jauziyah)
Hikmah Turunnya Hujan
Seperti yang kita rasakan di tahun-tahun terakhir ini cuaca terkadang kurang bersahabat, bahkan tidak bisa diperkirakan oleh badan peramal cuaca sekalipun, terkadang kelihatannya cerah tiba-tiba hujan deras datang. Keadaan yang seperti ini yang terjadi di negara indonesiatercinta. Tentunya ini semua tidak terlepas dari penduduk yang ada di bumi, khususnya Indonesia. Kita ditegor oleh Allah dengan lembut melalaui goyangan gempa bumi hampir sudah melanda diberbagai daerah di Indonesia, Sunami, Banjir Bandang, Longsor dan bencana lainnya yang menimpa tanah air kita khususnya. Ini semua terjadi karena kejahilan, keserakahan manusia.
Mengenai hal ini Allah berfirman yang disampaikan melalui Nabi Muhammad dari ratusan tahun yang telah lampau telah mengingatkan kita " bahwa kerusakan didarat dan dilaut karena ulah tangan manusia".
Kemudian perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam turunnya hujan ke atas bumi dari ketinggian; sehingga siramannya mencakup perbukitan, lembah, dataran tinggi maupun rendah. Kalau Allah hanya menyiramkannya dari salah satu sisi bumi, tentu air tidak mencapai dataran tinggi kecuali apabila terkumpul dengan melimpah di dataran rendah. Akan tetapi, cara itu merusak.
Mengenai hal ini Allah berfirman yang disampaikan melalui Nabi Muhammad dari ratusan tahun yang telah lampau telah mengingatkan kita " bahwa kerusakan didarat dan dilaut karena ulah tangan manusia".
Kemudian perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam turunnya hujan ke atas bumi dari ketinggian; sehingga siramannya mencakup perbukitan, lembah, dataran tinggi maupun rendah. Kalau Allah hanya menyiramkannya dari salah satu sisi bumi, tentu air tidak mencapai dataran tinggi kecuali apabila terkumpul dengan melimpah di dataran rendah. Akan tetapi, cara itu merusak.
Sebab
itu, ada hikmahnya Allah menyiramkan air hujan dari atas bumi. Allah SWT
menciptakan awan yang merupakan penyiram bumi. Lalu mengirimkan angin yang
membawa air dari laut, dan angin itu membuahinya seperti pejantan membuahi
betina. Oleh karena itu, Anda dapati daerah-daerah dekat laut banyak hujan
sedang di daerah yang jauh dari laut sedikit turun hujan.
Dalam
al-Muwattha’ disebutkan sebuah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah yang
sebenarnya adalah salah satu dari empat hadits yang diriwayatkan dari tabi’in
(maqthu’) yang terdapat dalam kitab ini,
“Apabila terbentuk
awan dari arah laut, lalu berjalan ke arah Syam, awan itu akan menurunkan hujan
deras. “(HR Malik)
Allah
SWT menciptakan air di awan. Kadang dengan mengubah udara menjadi air.
Adakalanya udara membawa air itu dari laut lalu membuahi awan dengan air
tersebut dan menurunkannya ke bumi dengan hikmah-hikmah yang telah kami
sebutkan. Kalau saja Allah SWT menggiring air dari laut ke darat dengan
mengalir di permukaan bumi, tentu tidak terjadi siraman yang meluas. Selain
itu, pasti akan merusak banyak bagian bumi. Oleh karena itu, Allah SWT
menaikkannya ke angkasa dengan kelembutan dan kekuasaan-Nya, lalu
diturunkan-Nya lagi ke permukaan bumi dengan penuh hikmah. Seluruh makhluk
berakal tidak dapat merekomendasikan suatu usulan yang lebih baik. Allah SWT
menurunkan air, dan bersamaan dengan itu, turun pula rahmat-Nya.
(Miftah Dar
as-Sa’adah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)
Hikmah Panas dan Dingin
Sekarang,
perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam panas dan dingin. Betapa hidup hewan
dan tanaman tergantung kepadanya! Salah satu dari keduanya masuk kepada yang
lain secara berangsur dan perlahan sampai mencapai titik akhir. Kalau masuk
secara tiba-tiba, tentu membahayakan dan bahkan membinasakan badan dan tanaman;
seperti orang yang keluar dari pemandian air hangat ke tempat yang amat dingin.
Kalau bukan karena hikmah dan rahmat-Nya, tentu tidak dibuat demikian.
Jika
Anda menyanggah dengan mengatakan bahwa terjadinya hal ini secara
berangsur-angsur dan perlahan adalah untuk memperlambat jalannya matahari dalam
naik dan turunnya, dengarlah jawabannya berikut ini! Kalau memang benar begitu,
lalu apa penyebab naik-turunnya (matahari) itu? Kalau kamu menjawab karena
jauhnya jarak dari tempat terbit dan tenggelamnya, kamu ditanya lagi, apa yang menyebabkan
jarak keduanya berjauhan? Dan demikianlah pertanyaan akan terus membuntuti kamu
setiap kali kamu menentukan sebuah sebab, sampai akhirnya tiba pada dua
kemungkinan. Yakni, kamu keras kepala dengan mengklaim bahwa itu terjadi
kebetulan tanpa pengatur dan pembuat. Atau kamu mengakui adanya Tuhan Seru
Sekalian Alam dan mengimani adanya pengatur langit serta bumi, kemudian masuk
ke dalam golongan para pemilik akal. Anda tidak akan menjumpai pilihan ketiga.
Karenanya,
janganlah melelahkan otak Anda dengan igauan orang-orang ateis. Semua igauan
mereka, bagi orang yang tahu, adalah kegilaan setan dan khayalan orang-orang
kafir. Apabila fajar hidayah telah terbit, dan cahaya kenabian telah
bersinar, maka tentara khayalan-khayalan itulah barisan pertama yang kalah.
Allah SWT pasti menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci.
(Miftahud
Darussa’adah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah).