Minggu, 22 September 2013

HIKMAH-HIKMAH DALAM DALAM KEHIDUPAN YANG FANA



Hikmah Pohon
 
      Perhatikan pula hikmah pohon-pohon! kita lihat dalam setiap tahun mereka hamil dan melahirkan. Mereka selalu menjalani peristiwa kehamilan dan kelahiran ini. Apabila Tuhan mengizinkannya hamil, panas alami tersimpan di dalamnya agar terjadi kehamilan pada masa yang telah ditakdirkan. Masa ini seperti masa terbentuknya sperma. Sel-sel melakukan proses di dalamnya, menyiapkannya untuk kehamilan. Sehingga, apabila waktu kehamilan telah tiba, air mengalirinya hingga sisi-sisinya menjadi lentur. Air mengaliri dahan-dahannya; panas dan kelembaban menyebar di seluruh bagiannya. Apabila waktu melahirkan telah tiba, pohon-pohon itu mengenakan baju-baju baru. Yakni, bunga dan daun yang indah-indah yang dibanggakannya di hadapan pohon yang mandul.
Apabila anak-anaknya telah muncul dan kehamilannya tampak, saat itulah diketahui mana pohon yang baik dan mana yang tidak. Dan, yang memberi makanan kepada kandungan itu adalah Tuhan yang memberi makanan kepada janin di dalam perut ibunya. Dia menutupinya dengan dedaunan, melindunginya dari panas dan dingin.
Apabila kehamilan telah sempurna dan tiba saat penyapihan serta dahan-dahannya menjuntai ke bawah, seakan-akan dia menyerahkan buahnya kepadamu. Apabila Anda mendatanginya, Anda melihat seakan-akan dahan-dahannya menyongsong kedatanganmu dengan anak-anaknya, menyalamimu, dan memuliakanmu dengan mereka; menyerahkan kepadamu seperti anugerah. Dia tidak menyerahkan dengan tangannya, apalagi buah-buah surga yang rendah-rendah yang dapat digapai oleh orang mukmin baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Begitu pula Anda lihat pohon Raihan (tumbuhan yang berbau harum), seakan-akan menyapa kamu dengan nafasnya yang segar dan menyongsong kehadiranmu dengan baunya yang harum. Semua itu untuk menghormatimu, mengingat kebutuhanmu, dan mengutamakan kamu atas hewan-hewan. Apakah karunia ini membuatmu lupa terhadap sang pemberi nikmat? Pantaskah kalau kamu menggunakannya dalam kemaksiatan dan hal-hal yang dimurkai-Nya? Bagaimana jika kamu mengingkarinya dan mengatakan itu bukan dari Dia? Sebagaimana Allah berfirman, “Kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah)/’ (al-Waaqi’ah: 2)
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)


لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَة ٢

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)

Rasulullah SAW bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya”. [HR. Al-Bukhori].
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا‎ ‎إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ‏‎ ‎لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ‏‎ ‎لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ‏‎ ‎السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ‏‎ ‎صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ‏‎ ‎فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا‎ ‎يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ‏‎ ‎لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]

Sudah sepantasnya orang yang berakal berkelana dengan pikirannya, merenungkan nikmat dan karunia itu, berulang-ulang menyebutnya. Barangkali dengan begitu dia dapat mengerti tujuannya: apa hakikatnya, untuk apa diciptakan, kenapa disediakan, dan apa yang dituntut darinya terhadap nikmat-nikmat ini. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (al-A’raaf: 69)
         Jadi, mengingat-ingat karunia dan nikmat Allah SWT atas hamba-hamba-Nya adalah sebab kebahagiaan dan keberuntungan. Karena hal itu makin menambah cinta, syukur, taat, dan kesadaran akan kurangnya melaksanakan kewajiban kepada Allah Ta’ala. 
 ...........................Ayo . o.o.o
"Mari ber Muhasabah Diri"
(Miftah Ad Dar Sa’adah – Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)

Hikmah Turunnya Hujan

Seperti yang kita rasakan di tahun-tahun terakhir ini cuaca terkadang kurang bersahabat, bahkan  tidak bisa diperkirakan oleh badan peramal cuaca sekalipun, terkadang kelihatannya cerah  tiba-tiba hujan deras datang.  Keadaan yang seperti ini yang terjadi di negara indonesiatercinta. Tentunya ini semua tidak terlepas dari penduduk yang ada di bumi, khususnya Indonesia. Kita ditegor oleh Allah dengan lembut melalaui goyangan gempa bumi hampir sudah melanda diberbagai daerah di Indonesia, Sunami, Banjir Bandang, Longsor dan bencana lainnya yang menimpa tanah air kita khususnya. Ini semua terjadi karena kejahilan, keserakahan manusia.
Mengenai hal ini Allah berfirman yang disampaikan melalui Nabi Muhammad dari ratusan tahun yang telah lampau telah mengingatkan kita " bahwa kerusakan didarat dan dilaut karena ulah tangan manusia".
Kemudian perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam turunnya hujan ke atas bumi dari ketinggian; sehingga siramannya mencakup perbukitan, lembah, dataran tinggi maupun rendah. Kalau Allah hanya menyiramkannya dari salah satu sisi bumi, tentu air tidak mencapai dataran tinggi kecuali apabila terkumpul dengan melimpah di dataran rendah. Akan tetapi, cara itu merusak.
Sebab itu, ada hikmahnya Allah menyiramkan air hujan dari atas bumi. Allah SWT menciptakan awan yang merupakan penyiram bumi. Lalu mengirimkan angin yang membawa air dari laut, dan angin itu membuahinya seperti pejantan membuahi betina. Oleh karena itu, Anda dapati daerah-daerah dekat laut banyak hujan sedang di daerah yang jauh dari laut sedikit turun hujan.
Dalam al-Muwattha’ disebutkan sebuah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah yang sebenarnya adalah salah satu dari empat hadits yang diriwayatkan dari tabi’in (maqthu’) yang terdapat dalam kitab ini,
“Apabila terbentuk awan dari arah laut, lalu berjalan ke arah Syam, awan itu akan menurunkan hujan deras. “(HR Malik)
Allah SWT menciptakan air di awan. Kadang dengan mengubah udara menjadi air. Adakalanya udara membawa air itu dari laut lalu membuahi awan dengan air tersebut dan menurunkannya ke bumi dengan hikmah-hikmah yang telah kami sebutkan. Kalau saja Allah SWT menggiring air dari laut ke darat dengan mengalir di permukaan bumi, tentu tidak terjadi siraman yang meluas. Selain itu, pasti akan merusak banyak bagian bumi. Oleh karena itu, Allah SWT menaikkannya ke angkasa dengan kelembutan dan kekuasaan-Nya, lalu diturunkan-Nya lagi ke permukaan bumi dengan penuh hikmah. Seluruh makhluk berakal tidak dapat merekomendasikan suatu usulan yang lebih baik. Allah SWT menurunkan air, dan bersamaan dengan itu, turun pula rahmat-Nya.
(Miftah Dar as-Sa’adah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)

Hikmah Panas dan Dingin

Sekarang, perhatikanlah hikmah yang luar biasa dalam panas dan dingin. Betapa hidup hewan dan tanaman tergantung kepadanya! Salah satu dari keduanya masuk kepada yang lain secara berangsur dan perlahan sampai mencapai titik akhir. Kalau masuk secara tiba-tiba, tentu membahayakan dan bahkan membinasakan badan dan tanaman; seperti orang yang keluar dari pemandian air hangat ke tempat yang amat dingin. Kalau bukan karena hikmah dan rahmat-Nya, tentu tidak dibuat demikian.
Jika Anda menyanggah dengan mengatakan bahwa terjadinya hal ini secara berangsur-angsur dan perlahan adalah untuk memperlambat jalannya matahari dalam naik dan turunnya, dengarlah jawabannya berikut ini! Kalau memang benar begitu, lalu apa penyebab naik-turunnya (matahari) itu? Kalau kamu menjawab karena jauhnya jarak dari tempat terbit dan tenggelamnya, kamu ditanya lagi, apa yang menyebabkan jarak keduanya berjauhan? Dan demikianlah pertanyaan akan terus membuntuti kamu setiap kali kamu menentukan sebuah sebab, sampai akhirnya tiba pada dua kemungkinan. Yakni, kamu keras kepala dengan mengklaim bahwa itu terjadi kebetulan tanpa pengatur dan pembuat. Atau kamu mengakui adanya Tuhan Seru Sekalian Alam dan mengimani adanya pengatur langit serta bumi, kemudian masuk ke dalam golongan para pemilik akal. Anda tidak akan menjumpai pilihan ketiga.
Karenanya, janganlah melelahkan otak Anda dengan igauan orang-orang ateis. Semua igauan mereka, bagi orang yang tahu, adalah kegilaan setan dan khayalan orang-orang kafir. Apabila fajar hidayah  telah terbit, dan cahaya kenabian telah bersinar, maka tentara khayalan-khayalan itulah barisan pertama yang kalah. Allah SWT pasti menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci.
(Miftahud Darussa’adah, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah).