Senin, 24 Oktober 2016

REZEKI MENUNTUT ILMU SELUAS LANGIT DAN BUMI

REZEKI MENUNTUT ILMU ITU SELUAS LANGIT DAN BUMI



Apabila kita berbicara tentang rezeki, maka jauh sebelum kita dilahirkan kedunia ini mulai dari semenjak alam ajali, kita sudah ditetapkan oleh Allah rezeki bagi  tiap-tiap hamba. Apakah dengan ketetapan (qodo) tersebut sehingga membuat kita menjadi orang yang bermalas malasan, berpustusasa atau pesimis, bahkan hanya duduk berzikir setiap saat? tentu sebagai muslim yang cerdas akan menjawab Tidak. Akante tapi rezeki itu harus dijemput dengan berbagai ikhtiar yang dapat kita upayakan.
Semuanya ini bisa kita capai karena Allah maha rahman rahim sesui dengan nama Allah “Ar-Rozzaq” (maha pemberi rizki). Apakah yang mesti ia lakukan untuk memperlancar keinginanan kita hingga mendatangkan rezeki? Ketahuilah saudaraku sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rizki yang paling baik, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3).
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24).
Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah Ta’ala berfirman,
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3).
Dalam hal ini juga kita harus pahami bahwa selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73).
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
Itu memang suatu kebenaran, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan  dan minum ketika Allah menahan rizki tersebut. Allah memberikan rizki bagi hamba-hambanya tanpa ada kesulitan. Terutama orang yang bersusah payah dalam menuntut ilmu.

Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali dan tidak pula terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata: “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari).
Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya”.
Dalam hadits lain dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata: “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya”.
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30).
Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27). Beliau rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”
Dalam sebuah hadits disebutkan,
إن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا بالغنى ولو أفقرته لكفر، وإن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا الفقر ولو أغنيته لكفر
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur”. Hadits ini dinilai dho’if(lemah), namun maknanya adalah shahih karena memiliki dasarshahih dari surat Asy Syuraa ayat 27.
Dalam hal ini ada 15 tips kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya diantaranya adalah:
Berinfak dijalan Allah
Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. ialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)
 Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu
Anas bin Malik  berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah asw., sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah  (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau nabi Muhammad bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi).

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa keutamaan hamba yang membantu penuntut ilmu disebutkan oleh Imam Nawawi ketika membahas masalah tawakkal dan yakin dalam kitab Riyadhus Sholihin. Beliau membawakan hadits berikut ini,
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua orang bersaudara, yang satu suka datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu agama) dan yang lainnya giat bekerja (supaya saudaranya bisa mendapatkan rezeki, -pen). Kemudian orang yang giat bekerja mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keadaan saudaranya itu. Lantas beliau bersabda, “Barangkali engkau mendapatkan rezeki karena sebab saudaramu (yang rajin belajar itu).” (HR. Tirmidzi no. 2345. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Kata Imam Nawawi sanadnya shahih sesuai syarat Muslim).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Siapa saja yang berkonsentrasi dalam menuntut ilmu dan ingin menjaga syari’at Islam, maka Allah berarti akan mempermudah dirinya dengan ada yang akan membantu memenuhi hajatnya.
2- Hadits ini berisi dorongan untuk membantu para ulama dan penuntut ilmu.
3- Manusia bisa saja dimudahkan rezeki karena sebab membantu saudaranya yang belajar agama.
4- Boleh mengadukan suatu permasalah kepada penguasa yang mengatur urusan sebagaimana dalam hadits ini ada yang melaporkan keadaan saudaranya kepada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
5- Urusan agama lebih mulia daripada urusan dunia.
6- Namun tetap seorang penuntut ilmui itu bekerja dan tidak terus bergantung pada orang lain, serta kita tahu bahwa tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah.
7- Yakin dan tawakkal sebab utama mendapatkan kemudahan dari Allah.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sesunggunya rezeki orang yang menuntut ilmu seluas langit dan bumi, yang Allah bentangkan. Rezeki akan dimudahkan oleh Allah SWT, selama ia bersungguh-sungguh belajar dan belajar. Karena menuntut ilmu suatu perintah Allah dan Rasul-Nya yang sudah barang tentu rezekinya sudah dijamin. Sebagaimana yang Tuhan janjikan kepada hambanya. Karena Allah sungguh Maha Kaya, Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi dari yang diketahui oleh setiap makhluk-Nya”.


Wallahu a’lam. Moga bermanfaat dan semakin menyemangati kita untuk terus menimba ilmu serta beramal sholih.

PACARAN NO, MENIKAH YESS

PACARAN NO, MENIKAH YESS
Pacaran adalah suatu yang tidak asing lagi dikalang anak muda sekarang. Bahkan ada dijumpai dikalangan remaja yang menjadi minder karena tidak punya pacar. Seorang anak tidak lagi malu memasang foto mesra dengan pacarnya di media sosial (medsos) dengan adegan mesra layaknya suami istri. Belum lagi penomena ABG yang berpasangan naik sepeda motor yang akhir-akhir ini juga menjadi terendi.
Ada yang bilang, punya pacar perlu biar ada yang merhatiin, itu ortu selama ini ngurusin dianggap apa ya...! Ada juga yang bilang,  pacaran biar ada yang anterin ke sana kemari. Hihihi,,, ini pacar apa tukang ojek.
Buat yang alasan  pacaran biar semangat belajar..! menurut saya ini nggak adil banget untuk ortu kalian. kenapa?
Berapa lama sih kenal pacar? apa yang aja yang sudah diberikan dia? bandingkan dengan kebersamaan dan apa yang sudah diberikan ortumu. kebersamaan dengan ortu dan begitu banyak yang sudah mereka berikan. kenapa ortu nggak cukup menjadi motivasi belajar? atau pacaran perlu biar nggak seperti beli kucing dalam karung. kenyataannya, lama pacaran nggak menjamin langgeng pernikahan.
Ada remaja yang jawab pas ditanya kenapa  pacaran?
mumpung ada yang mau, Mbak, atau  bolehjadi pacaran karena gengsi. yang lain sudah punya pacar kok saya belum, kesannya nggak laku. Satu hal, kualitas dirimu tidak ditentukan oleh apakah kamu punya pacar atau tidak.
Punya pacar itu ada resikonya... mood naik turun. kalau pacar nggak perhatian, nggak cantumin status relationship di FB or twitter. Resiko lain dari pacaran siap-siap patah hati...
serius! ! ! (dikutip dari Buku Twitografi, Asma Nadia).
Sangat disayangkan kalau yang terjadi seperti itu, akan timbul pertanyaan, kemana peran orangtua..? kemana para pendidik..? apakah sudah tidak peduli dengan nasip generasi bangsa kita ini, ataukah memeng anak bangsa ini yang tidak mau diarahkan kejalan yang lurus, sehingga mereka menginginkan kehidupan yang bebas norma, bebas ekspresi, bebas dalam segala hal yang mereka kehendaki.
Alangkah sangat disayangkan apabila generasi bangsa ini mengikuti gaya hidup seperti itu sudah barang tentu akan berujung kepada pergaulan bebas yang akan lebih sadis lagi terjerumus kepada seks bebas, priseks dan tindakan-tindakan amoral lainnya.
Apakah hukum pacaran dalam pandangan Islam
Segala bentuk muamalah asalnya adalah boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya. Dalam masalah pacaran ini, ternyata bisa kita dapati bahwasannya ada dalil di dalam al-Qur’an dan hadits yang melarangnya, ayat tersebut adalah;
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS Al-Isra:32)
Sedangkan haditsnya;
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ وَلاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلاَّ وَمَعَهَا مَحْرَمٌ ( رواه البخاري(
“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya”. (Muttafaq Alaihi)
Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”
Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.
Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan

Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31)
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”
Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan,”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”
Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawan jenis?

Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)
Faedah dari menundukkan pandangan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat An Nur ayat 30 (yang artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” yaitu dengan menundukkan pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang-orang yang beriman. Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmati beliau- ketika menafsirkan ayat ini. –Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menundukkan pandangan sehingga hati dan agama kita selalu terjaga kesuciannya-
Allah Memerintahkan kepada Wanita untuk Menutup Auratnya

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31).
Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Atho’ bin Abi Robbah bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan. (Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Amr Abdul Mun’im Salim)
Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis

Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini sohih ligoirihi).
Allah dan Rasul-Nya telah mewanti-wanti kita semua agar tidak mendekati zina. Yang dipahami oleh para ulama, bukan berarti yang dilarang hanya “mendekati”nya saja, sedangkan zinanya adalah boleh. Bukan seperti itu, akan tetapi, mendekatinya saja dilarang, apalagi perbuatannya. Kita bisa dengan mudah memahaminya dengan ilustrasi sederhananya seperti ini;
Terdapat sebuah hutan terlarang di pinggir sebuah desa yang berisi orang-orang baik, kita sebut saja hutan itu dengan nama “hutan zina”. Hutan tersebut terkenal memiliki buah yang amat nikmat, yang tidak ditemukan selain di sana. Akan tetapi, rupanya di hutan yang sama, juga ada hewan buas yang sedang kelaparan, sehingga apabila ada manusia yang masuk ke dalam hutan tersebut, tentu saja ia akan dimakan oleh binatang buas itu.
Maka, pemimpin desa yang tinggal di sekitar hutan tersebut pun memutuskan, untuk dibuat pagar berjarak 50 meter di sekeliling “hutan zina” itu. Wilayah yang dipagari tersebut dinamakan “pacaran”. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, warga pun bersepakat bahwasannya tidak ada yang boleh memasuki wilayah “pacaran”. Apabila ada yang ternyata terbukti ketahuan memasuki wilayah tersebut, ia akan mendapatkan hukuman.
Meski tidak setiap orang yang datang ke wilayah “pacaran” tersebut akan pergi ke “hutan zina”, akan tetapi ini adalah langkah untuk berjaga-jaga saja. Karena, mungkin saja orang yang pergi ke situ akan tergoda untuk mencicipi buah segar nan nikmat itu, sehingga ia akan masuk hutan terlarang tersebut yang berisi binatang-binatang buas.
Sekarang sudah paham mengapa Allah melarang pacaran? Sebetulnya ini demi kebaikan kita sendiri. Karena, ketika seseorang berzina, akan sangat banyak kerusakan yang terjadi. Baik itu dari fisiknya sendiri, keluarganya yang menanggung malu, anaknya yang tertular virus jika terkena hingga akhirnya hukuman yang amat berat menanti di akhirat, apabila ia tidak bertaubat. Sedangkan, perbuatan keji ini biasanya akan lebih mudah dilakukan oleh orang yang berpacaran.
Dengan dasar dalil yang dikemukakan tersebut, ditambah dengan pengertian pacaran menurut KBBI, maka bisa disimpulkan bahwa secara umum, pacaran dilarang di dalam Islam.
Nasehat seorang motivator yang sudah tidak asing lagi bagi kita yaitu Mario Teguh Golden Ways 15 Maret 2015  dengan tema"Pacaran, Yes or No". Beliau mengatakan: Untukmu yang sudah letih dengan keraguan dan penantian waktu yang tepat yang tak pernah datang itu, malam ini bisikkanlah .
Tuhanku Yang Maha Pemberi Petunjuk, Aku mohon Engkau mengakhiri kebiasaanku untuk berlama-lama menunggu waktu yang tepat untuk memulai langkah-langkah untuk menuju impian hatiku.
Janganlah Kau biarkan aku tertukar antara kehati-hatian dan ketakutan, karena akhirnya aku pun tak tahu apakah penundaanku itu karena aku bijak atau karena aku sebetulnya takut.
Tuhanku, tidurkanlah aku dalam kedamaian dan bangunkanlah aku esok pagi dengan kesegeraan yang kuat untuk memulai dari yang bisa kulakukan.
Janganlah Kau biarkan aku mengembalikan diriku kepada keraguan, setelah rasa yakinku.
Jadikanlah hariku esok, sebagai hari yang ceria dengan keikhlasan mencoba melakukan yang selama ini dijauhkan dariku oleh rasa takutku.
Sesungguhnya, jika Engkau bersamaku, apakah yang masih kutakuti?
Tuhan, selalu dampingilah aku dalam perjalanan hidup yang sejahtera dan berbahagia.
Motivasi mungkin suatu hal yang memiliki tulisan yang ringan tapi makna yang sangat berat jika benar-benar dimaknai dengan kepastian hidup kita. Terkadang motivasi runtuh karena kekecewaan sakit hati yang tak berujung ketika pacaran. Pada malam tadi Pak Mario Teguh memilih tema "Pacaran, Yes or No" seprti yang kita bahas diatas.
Demikian sekilas pesan-pesan dari Mario Teguh Golden Ways 15 Maret 2015 "Pacaran, Yes or No". Bagi saudara saudari yang masih pacaran segeralah ingat pesan Allah dan Rasul dan bertaubat dengan taubatan nasuha. Saudaraku tidak akan ada amal shaleh yang di bungkus dengan kemaksiata “pacaran”. Pacaran tidak dikenal dalam agama kita Islam yang ada adalah ta’aruf bagi kita yang hendak menikah yang sudah ditentukan juga batasannya. Berjalan berdua saja tanpa mahram termasuk yang dilarang oleh Nabi, apalagi sampai berjalan berdua-duaan. Memohonlah kepada Allah supaya di karuniai pasangan yang bisa menghantarkan kita untuk meraih ridha Allah SWT.

Jadi jangan  pacaran kalau nggak mau sakit hati, buang-buang waktu, air mata dan energi. Pacaran nggak mendekatkan ke pintu surga.
Manfaatkan usia muda bukan untuk pacaran dan galau . tapi gali potensi untuk berprestasi dan mewujudkan mimpi diri dan orang tua.
Terbukti: pada akhirnya cinta kasih orangtua dan keluarga yang paling tulus. kenapa harus mencari yang belum tentu murni?
Jawab dengan hati yang tenang dan jernih...! Buat dirimu berharga, jadi muslim dan muslimah yang multi fungsi, berdaya bagi keluarga, bangsa dan umat. waktu nggak terbuang untuk pacaran.
Gunakan masa sebelum nikah untuk memperbaiki kualitas diri di hadapan-Nya, menggali potensi yang ada dalam dirimu. Saya pesan ingat selalu bahwa, laki-laki baik untuk perempuan yang baik dan itu bisa diraih  tanpa harus dengan  berpacaran.
Lalu benarkah pacaran nggak ada positifnya sama sekali? well, layakkah menempuh hal yang dilarang-Nya dengan alasan apapun?




Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat...

Minggu, 02 Oktober 2016

PERJALANAN HIDUP CANDRA KRISN JAYA LUBIS AL-MANDILI

KISAH PERJALANAN JIHAD MENUNTUT ILMU
Penulis adalah merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan ayahanda Arba syukri lubis dengan Ibunda Derhana,  anak yang kedua yang bernama Fitria Afril Yana dan yang paling bontot bernama Umii Kalsum. Sebelum penulis mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar penulis diasuh oleh nenek dari ayah, sedangkan Ayah dan umak sehari harinya kesawah dan keladang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecil kami.
Setelah penulis berusia lebih kurang lima tahun enam bulan penulis dimasukan ke SD  Pakantan, Mandailing natal atas dasar permintaan dari nenek yang sudah tidak sanggup lagi untuk mengontrol tempat penulis bermain jauh dari jangkauan nenek, terkadang kesawah, kehutan, karena diajak oleh teman-teman sebaya. Selama penulis dibangku Sekolah Dasar, mulai dari tahun 1945-2001 alhamdulillah dapat selesai dengan lancar.
Setelah lulus  SD kemudian penulis melanjutkan pendidikan ketingkat sekolah lanjutan tingkat pertama yaitu di SMP Negeri 2 Muarasipongi. Selama penulis sekolah di SMP harus berangkat pegi2 buta karena jarak dari rumah kesolah cukup lumayan jauh, menghabiskan waktu lebih kurang 30-40 menit. Sepulang sekolah penulis diminta orangtua supaya datang lagi kesawah untuk membantu ayah dan umak yang lagi sibuk terlebih lebih disaat musim menanam padi  dan disaat panen. Kalaupun selain waktu itu penulis tidak ikut membantu kesawah atau keladang, penulis mempunyai kewajiban untuk membersihkan rumah, seperti nyapu ngepel dan memasak nasi dengan menggunakan bahan bakar kayu yang  sedikit berbeda dengan kondisi kampung halaman penulis sekarang.
Setelah penulis lulus dari sekolah lanjutan penulis mengalami kebingungan yang luar biasa disamping saya merasa sedih ketika pengumuman ujian akhir sudah keluar, karena setiap ditanya oleh guru sekolah maupun antar sesama teman-teman sekelas, dengan ungkapan seperti ini, Candra kemana akan melanjutkan sekolahnya?, penulis hanya bisa diam seribu bahasa. Kenapa penulis tidak menjawab, karena ayah sudah mengatakan kepada penulis bahwa kalau beliau tidak mampulagi untuk menyekolahkan saya kejenjang yang lebih tinggi (SLTA), dengan ucapan yang masih terngiang-ngiang di telinga penulis, dengan ungkapan: “nak ayah sudah tidak sanggup lagi melanjutkan sekolahmu nak”.
Tentunya sangat berbeda dengan teman-teman pada umumnya yang merasa riang gembira karena mereka bisa melanjutkan sekolah mana yang mereka inginkan, karena memang ekonomi orangtua mereka sangat berbeda dengan orangtua penulis. Diantara mereka ada yang melanjutkan kesekolah unggulan, kejuruan, pesantren dan sekolah lainnya.
Situasi dan kondisi yang seperti ini selalu ada harapan ketika penulis mendapatkan dorongan semangat dari Umak dengan mengatakan: “apapun yang akan terjadi apakah kita harus ngutang yang penting kamu harus tetap sekolah nak, insya Allah akan dipermudah Allah nak...”.
Setelah itu penulis berangkat bersama ayah kelur dari kampung mencari sekolah yang lebih murah di Kotanopan. Kotanopan merupakan salah satu kota kecamatan di Mandailing Natal. Jaraknya dari kampung halaman 40 km, lebih kurang 2 jam perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Penulis akhirnya didaftarkan di sekolah agama tingkat aliyah yang bernama Sekolah Perguruan Muhammadiyah Kotanopan. Karena jarak sekolah dengan rumah yang cukup jauh yang tidak memungkinkan kalau penulis pulang hari, akhirnya penulis mencari kos-kosan yang murah di sekitar sekolah,dalam hati saya sukur-sukur kalau ada yang gak bayar. Alhamdulillah dengan kuasa Allah penulis  dipertemukan dengan seorang nenek yang tinggal seorang diri di rumahnya.  Akhirnya penulis tinggal bersama nenek tersebut dengan syarat membantu beliau untuk menyiapkan dagangannya. Alhamdulillah inipun sudah sangat membantu, pikir penulis. Sehingga orang tua tidak harus susah payah membayar uang kos untuk penulis.
Beberapa bulan kemudian penulis menemukan tempat kost yang sebelummya juga sudah dihuni oleh beberapa anak-anak sekolahan. Setelah orangtua menanyakan kepada yang punya rumah, qoddarollohnya bahwa yang punya rumah satu desa dengan penulis,  Alhamdulillah penulis juga dikasi tinggal tanpa harus bayar setelah mengetahu bahwa penulis di sekolah agama.
 Tanpa terasa begitu cepat waktu berlalu hari berganti bulan, bulanpun berganti bahwa penulis sudah tiga tahun di Kotanopan. Ketika itu tahun 2007 alhamdulillah penulis sudah menammatkan sekolah tingkat lanjutan atas tersebut di sekolah Madrasah aliyah Muhammadiyah 6 Kotanopan. Hal yang sama kembali datang seperti ketika saya hendak mau melanjutkan pendidikan kejenjang SLTA. Sedangkan sekarang penulis ingin sekali melanjutkan studi ketingkat perguruan tinggi.
Seperti yang pernah dikatakan Umak kepada penulis ketika hendak masuk sekolah tingkat lanjutan, akhirnya orangtua memutuskan membawa penulis berangkat ke – Medan yang ditemani oleh ayah. Penulis akhirnya mendaftar di Institut Agama Islam Negeri yang bisa disebut dengan IAIN Sumatera Utara. Setelah daftar penulis cari tempat tinggal. Alhamdulillah lagi-lagi ada saja jalan keluar yang Allah kasi. Sebagaimana kebiasaan mahasisiwa IAIN untuk menghemat biaya mereka tinggal di Masjid, disamping yang pertama kita tidak bayar, yang ke – dua malah kita yang dibayar. Nasehat dari abang senior ketika masa taaruf di kampus, dengangan mengatakan: kalau bisa ngekost free kenapa tidak, kalau bisa kita yang dibayar, itu baru luar biasa.
Penulis memilih poin yang kedua sembari berusaha mencari Masjid yang bisa menopang untuk kuliah. Alhamdulillah qoddarollah  Allah mempertemukan dan mempermudah jalanya higga penulis di pertemukan dengan Masjid Taqwa Al-Huda di jalan Dene, Sukaramai Medan Sumatera Utara (Sumut). Disinilah awal mula penulis memulai kehidupan kampus sembari bermasyarakat yang terdapat di sekitar Masjid. Adapun kegiatan sambilan penulis selain kuliah adalah ngajar di Madrasaw Ibtidaiyah Muhammadiyah, privat anak-anak orangtua  dan berwirausaha kecil kecilan. Mulai dari usaha jualan Roti di Kampus, di warung, dan adajuga yang dijajakan sendiri ke warung-warung.  Begitulah aktivitas penulis sehari harinya mulai dari awal kuliah hingga sampai akhir kuliah.
Setelah 3,5 tahun merantau menjalankan pendidikan, penulis di didik dibesarkan di lingkungan masjid,  yang pada akhirnya alhamdulillah penulis di wisuda tanggal 24-5-2011.

Hijrah ke Ibu Kota Negara (Jakarta)
Seiring dengan berjalannya waktu yang begitu cepat, detik berganti dengan menit, menit berganti jam , jam berganti hari, hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, penulis hijrah kejakarta. Penulis masuk program megister di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta. Pertama kali di ibukota penulis lama tiggal di sebuah masjid yang bernama Nurul Huda di Kampung sawah kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Sebelumya penulis numpang ditempat sahabat saya bernama Daud Lintang di Ma’had UIN jakarta untuk sementara waktu sebelum pindah kemasjid.
Setelah itu penulis bergabung di yayasan Bait al-Hasan bulan september 2012, yang di perkenalkan oleh teman yang bernama Safii Pasaribu yang juga kelahiran Medan yang sedang menempuh kuliah kuliah S1 di UIN Jakarta. Tanpa terasa penulis sudah kurang lebih satu tahun bergabung di Yayasan Bait al-Hasan di Vila Dago Toll, Sarua Ciputat.  Setelah hampir satu bulan Ramadhan 1434 H penulis memohon kepada pimpinan Yayasan, supaya penulis bisa shalat Idul Fitri bersama keluarga dikampung karena jadwal pulkam (pulang kampung) penulis seharusnya setelah Idul Fitri.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya pimpinan Yayasan mengabulkan pemohonan penulis dengan memberi izin kepada penulis untuk pulkam sebelum lebaran Idul Fitri. Setelah itu beberapa hari kemudian datang telpon dari kampung dan lantas penulis sampaikan kepada orang tua bahwa penulis jadi berangkat sebelum lebaran untuk shalat Idul Fitri bersama saudara-saudara sanak family yang berada dikampung.
Penulis merasa bahagia sekali dalam hati …!
Karena akan jumpa dengan orang tua dan adik-adik ku tercinta yang selalu menunggu kedatangan kakaknya dari rantau orang. Dengan persiapan yang seadanya, karna tiket pulang pergi Alhamdulillah sudah dibiayai oleh Yayasan, Semoga Allah membelas kebaikan beliau Ayahanda dan Bunda kami tercinta. Betapa penulis teringat akan sabda Rasulullah Muhammad SAW yang bunyinya sebagai berikut.
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْرَجُلِ الصَّالِحِ
“ Sebaik-baik harta yang baik berada di tangan orang yang sholih “ ( HR Ibnu Hibban ).
            Alangkah nikmatnya kehidupan bersama orang-arang yang shaleh. Pulkam mememang suatu hal yang dinanti-nantikan oleh  setiap insan karena, sesuatu yang menyenangkan apabila kita niat karena Allah untuk berbakti kepada kedua orangtua. Setiap orang yang mempunyai orangtua, Idul Fitri ini adalah saat yang dinanti-nanti khususnya masyarakat Indonesia yang sudah menjadi tradisi khususnya umat Islam. Menurut hemat penulis sebagian  masyarakat awam, mskipun  ia jauh dari sisi orangtuanya dengan serba keterbatasan yang ada, ia tetap berusaha untuk pulang walaupun ternyata untuk belik kembali ia harus mencari ongkos bahkan meminjam supaya biasa berangkat kembali merantau.

وَلا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا

‘’Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik ’’.
(Qs. an-Nisa : 5).
Perasaan bahagia pulang kekampung halaman adalah suatu yang kecil ada suatu yang lebih besar yaitu dengan berpulang kenegri akhirat. Sebelum itu yang harus kita lewati yakni alam kubur, sebelum hari kiamat tiba dengan ditiupkanya terompet sangkakala oleh malaikat Israfil. Negri akhirat sesuatu rukun iman untuk diyakini setiap insan. Hamba yang sudah mempersiapkan bekalnya untuk Pulkam kenegri akhirat, yang setiap  hamba pasti akan melaluinya ia akan merasa bahagia yang luar biasa apabila ia dijemput oleh malaikatul maut dalam keadaan perbekalan amal masing-masing. Oleh  karena inilah yang akan dapat menolong setiap pribadi hamba,  dimana pada suatu hari tidak akan berguna harta dan anak kesayangan melainkan hati yang selamat datang menuju Robbnya.
Setelah penulis menyelesaikan program Magister tgl 07 Februari 2014 penulis mengabdi di pesantren Annaba’ Center, Pondok pembinaan khusus muallaf. Disamping itu penulis juga ngajar di SMK X 2 Kartika Kodam Pasanggrahan Jakarta. Setelah menjalanai kehidupan yang sehari-hari seperti itu penulis merasa kesepian dan timbul rasa ingin punya teman pasangan hidup. Alhamdulillah penulis menikah dengan salah seorang teman sekolah di kampung halaman dulu yang bernama Nur Jamilah.
Penulis menikah tgl 20 Maret 2016, alhamdulillah status sy sudah menjadi kepala keluarga. Penulis tinggal bersama Istri di Parung. Penulis diamanahkan mengajar di Staini Parung. Sembari mengajar juga aktif di masyarakat dalam berdakwah. Setelah saya menikah silaturahim saya masih terus dengan yayasan Bait alhasan. Setelah menikah banyak sekali barokahnya salah satunya saya ditawarkan oleh Ayah Bunda Pimpinan Yayasan Bait al-Hasan untuk melanjutkan studi Doktoral. Alhamdulillah suatu kemudahan yang Allah berikan untuk menggapai cita-citaku dan juga cita-cita orangtuaku melalui ayah Hasnil Hasan Basri dan Bunda Lies Hendriati. Semoha Allah selalu memberikan kesehatan dan umur yang berkah kepada beliau dan keluarga yang telah banyak mengajari penulis tentang tanggung jawab dan arti  kehidupan.
Kesempatan ini saya  gunakan dengan sebaik baiknya. Semoga Allah SWT mempermudah dalam setiap langkahku. Terimakasih juga saya sampaikan kepada istriku tercinta Jamilah yang setia mendampingi perjuangan hidupku. Tanpa dukunganmu jua penulis tidak akan bisa seperti hari ini. Terimakasih juga buat semua saudaraku yang begitu baik terhadapku mau menegorku dikala salah serta meluruskan langkahku. Penulis selalu ingat pesan dari bunda, dengan ungkapan sembari memohon kepada Allah SWT Semoga kita menjadi orang yang sukses. Yaitu sukses di dunia dan sukses pula di akhirat.
Wassalam
Candra Krisna, J. Lbs