Minggu, 02 Oktober 2016

PERJALANAN HIDUP CANDRA KRISN JAYA LUBIS AL-MANDILI

KISAH PERJALANAN JIHAD MENUNTUT ILMU
Penulis adalah merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan ayahanda Arba syukri lubis dengan Ibunda Derhana,  anak yang kedua yang bernama Fitria Afril Yana dan yang paling bontot bernama Umii Kalsum. Sebelum penulis mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar penulis diasuh oleh nenek dari ayah, sedangkan Ayah dan umak sehari harinya kesawah dan keladang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecil kami.
Setelah penulis berusia lebih kurang lima tahun enam bulan penulis dimasukan ke SD  Pakantan, Mandailing natal atas dasar permintaan dari nenek yang sudah tidak sanggup lagi untuk mengontrol tempat penulis bermain jauh dari jangkauan nenek, terkadang kesawah, kehutan, karena diajak oleh teman-teman sebaya. Selama penulis dibangku Sekolah Dasar, mulai dari tahun 1945-2001 alhamdulillah dapat selesai dengan lancar.
Setelah lulus  SD kemudian penulis melanjutkan pendidikan ketingkat sekolah lanjutan tingkat pertama yaitu di SMP Negeri 2 Muarasipongi. Selama penulis sekolah di SMP harus berangkat pegi2 buta karena jarak dari rumah kesolah cukup lumayan jauh, menghabiskan waktu lebih kurang 30-40 menit. Sepulang sekolah penulis diminta orangtua supaya datang lagi kesawah untuk membantu ayah dan umak yang lagi sibuk terlebih lebih disaat musim menanam padi  dan disaat panen. Kalaupun selain waktu itu penulis tidak ikut membantu kesawah atau keladang, penulis mempunyai kewajiban untuk membersihkan rumah, seperti nyapu ngepel dan memasak nasi dengan menggunakan bahan bakar kayu yang  sedikit berbeda dengan kondisi kampung halaman penulis sekarang.
Setelah penulis lulus dari sekolah lanjutan penulis mengalami kebingungan yang luar biasa disamping saya merasa sedih ketika pengumuman ujian akhir sudah keluar, karena setiap ditanya oleh guru sekolah maupun antar sesama teman-teman sekelas, dengan ungkapan seperti ini, Candra kemana akan melanjutkan sekolahnya?, penulis hanya bisa diam seribu bahasa. Kenapa penulis tidak menjawab, karena ayah sudah mengatakan kepada penulis bahwa kalau beliau tidak mampulagi untuk menyekolahkan saya kejenjang yang lebih tinggi (SLTA), dengan ucapan yang masih terngiang-ngiang di telinga penulis, dengan ungkapan: “nak ayah sudah tidak sanggup lagi melanjutkan sekolahmu nak”.
Tentunya sangat berbeda dengan teman-teman pada umumnya yang merasa riang gembira karena mereka bisa melanjutkan sekolah mana yang mereka inginkan, karena memang ekonomi orangtua mereka sangat berbeda dengan orangtua penulis. Diantara mereka ada yang melanjutkan kesekolah unggulan, kejuruan, pesantren dan sekolah lainnya.
Situasi dan kondisi yang seperti ini selalu ada harapan ketika penulis mendapatkan dorongan semangat dari Umak dengan mengatakan: “apapun yang akan terjadi apakah kita harus ngutang yang penting kamu harus tetap sekolah nak, insya Allah akan dipermudah Allah nak...”.
Setelah itu penulis berangkat bersama ayah kelur dari kampung mencari sekolah yang lebih murah di Kotanopan. Kotanopan merupakan salah satu kota kecamatan di Mandailing Natal. Jaraknya dari kampung halaman 40 km, lebih kurang 2 jam perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Penulis akhirnya didaftarkan di sekolah agama tingkat aliyah yang bernama Sekolah Perguruan Muhammadiyah Kotanopan. Karena jarak sekolah dengan rumah yang cukup jauh yang tidak memungkinkan kalau penulis pulang hari, akhirnya penulis mencari kos-kosan yang murah di sekitar sekolah,dalam hati saya sukur-sukur kalau ada yang gak bayar. Alhamdulillah dengan kuasa Allah penulis  dipertemukan dengan seorang nenek yang tinggal seorang diri di rumahnya.  Akhirnya penulis tinggal bersama nenek tersebut dengan syarat membantu beliau untuk menyiapkan dagangannya. Alhamdulillah inipun sudah sangat membantu, pikir penulis. Sehingga orang tua tidak harus susah payah membayar uang kos untuk penulis.
Beberapa bulan kemudian penulis menemukan tempat kost yang sebelummya juga sudah dihuni oleh beberapa anak-anak sekolahan. Setelah orangtua menanyakan kepada yang punya rumah, qoddarollohnya bahwa yang punya rumah satu desa dengan penulis,  Alhamdulillah penulis juga dikasi tinggal tanpa harus bayar setelah mengetahu bahwa penulis di sekolah agama.
 Tanpa terasa begitu cepat waktu berlalu hari berganti bulan, bulanpun berganti bahwa penulis sudah tiga tahun di Kotanopan. Ketika itu tahun 2007 alhamdulillah penulis sudah menammatkan sekolah tingkat lanjutan atas tersebut di sekolah Madrasah aliyah Muhammadiyah 6 Kotanopan. Hal yang sama kembali datang seperti ketika saya hendak mau melanjutkan pendidikan kejenjang SLTA. Sedangkan sekarang penulis ingin sekali melanjutkan studi ketingkat perguruan tinggi.
Seperti yang pernah dikatakan Umak kepada penulis ketika hendak masuk sekolah tingkat lanjutan, akhirnya orangtua memutuskan membawa penulis berangkat ke – Medan yang ditemani oleh ayah. Penulis akhirnya mendaftar di Institut Agama Islam Negeri yang bisa disebut dengan IAIN Sumatera Utara. Setelah daftar penulis cari tempat tinggal. Alhamdulillah lagi-lagi ada saja jalan keluar yang Allah kasi. Sebagaimana kebiasaan mahasisiwa IAIN untuk menghemat biaya mereka tinggal di Masjid, disamping yang pertama kita tidak bayar, yang ke – dua malah kita yang dibayar. Nasehat dari abang senior ketika masa taaruf di kampus, dengangan mengatakan: kalau bisa ngekost free kenapa tidak, kalau bisa kita yang dibayar, itu baru luar biasa.
Penulis memilih poin yang kedua sembari berusaha mencari Masjid yang bisa menopang untuk kuliah. Alhamdulillah qoddarollah  Allah mempertemukan dan mempermudah jalanya higga penulis di pertemukan dengan Masjid Taqwa Al-Huda di jalan Dene, Sukaramai Medan Sumatera Utara (Sumut). Disinilah awal mula penulis memulai kehidupan kampus sembari bermasyarakat yang terdapat di sekitar Masjid. Adapun kegiatan sambilan penulis selain kuliah adalah ngajar di Madrasaw Ibtidaiyah Muhammadiyah, privat anak-anak orangtua  dan berwirausaha kecil kecilan. Mulai dari usaha jualan Roti di Kampus, di warung, dan adajuga yang dijajakan sendiri ke warung-warung.  Begitulah aktivitas penulis sehari harinya mulai dari awal kuliah hingga sampai akhir kuliah.
Setelah 3,5 tahun merantau menjalankan pendidikan, penulis di didik dibesarkan di lingkungan masjid,  yang pada akhirnya alhamdulillah penulis di wisuda tanggal 24-5-2011.

Hijrah ke Ibu Kota Negara (Jakarta)
Seiring dengan berjalannya waktu yang begitu cepat, detik berganti dengan menit, menit berganti jam , jam berganti hari, hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, penulis hijrah kejakarta. Penulis masuk program megister di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta. Pertama kali di ibukota penulis lama tiggal di sebuah masjid yang bernama Nurul Huda di Kampung sawah kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Sebelumya penulis numpang ditempat sahabat saya bernama Daud Lintang di Ma’had UIN jakarta untuk sementara waktu sebelum pindah kemasjid.
Setelah itu penulis bergabung di yayasan Bait al-Hasan bulan september 2012, yang di perkenalkan oleh teman yang bernama Safii Pasaribu yang juga kelahiran Medan yang sedang menempuh kuliah kuliah S1 di UIN Jakarta. Tanpa terasa penulis sudah kurang lebih satu tahun bergabung di Yayasan Bait al-Hasan di Vila Dago Toll, Sarua Ciputat.  Setelah hampir satu bulan Ramadhan 1434 H penulis memohon kepada pimpinan Yayasan, supaya penulis bisa shalat Idul Fitri bersama keluarga dikampung karena jadwal pulkam (pulang kampung) penulis seharusnya setelah Idul Fitri.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya pimpinan Yayasan mengabulkan pemohonan penulis dengan memberi izin kepada penulis untuk pulkam sebelum lebaran Idul Fitri. Setelah itu beberapa hari kemudian datang telpon dari kampung dan lantas penulis sampaikan kepada orang tua bahwa penulis jadi berangkat sebelum lebaran untuk shalat Idul Fitri bersama saudara-saudara sanak family yang berada dikampung.
Penulis merasa bahagia sekali dalam hati …!
Karena akan jumpa dengan orang tua dan adik-adik ku tercinta yang selalu menunggu kedatangan kakaknya dari rantau orang. Dengan persiapan yang seadanya, karna tiket pulang pergi Alhamdulillah sudah dibiayai oleh Yayasan, Semoga Allah membelas kebaikan beliau Ayahanda dan Bunda kami tercinta. Betapa penulis teringat akan sabda Rasulullah Muhammad SAW yang bunyinya sebagai berikut.
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْرَجُلِ الصَّالِحِ
“ Sebaik-baik harta yang baik berada di tangan orang yang sholih “ ( HR Ibnu Hibban ).
            Alangkah nikmatnya kehidupan bersama orang-arang yang shaleh. Pulkam mememang suatu hal yang dinanti-nantikan oleh  setiap insan karena, sesuatu yang menyenangkan apabila kita niat karena Allah untuk berbakti kepada kedua orangtua. Setiap orang yang mempunyai orangtua, Idul Fitri ini adalah saat yang dinanti-nanti khususnya masyarakat Indonesia yang sudah menjadi tradisi khususnya umat Islam. Menurut hemat penulis sebagian  masyarakat awam, mskipun  ia jauh dari sisi orangtuanya dengan serba keterbatasan yang ada, ia tetap berusaha untuk pulang walaupun ternyata untuk belik kembali ia harus mencari ongkos bahkan meminjam supaya biasa berangkat kembali merantau.

وَلا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا

‘’Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik ’’.
(Qs. an-Nisa : 5).
Perasaan bahagia pulang kekampung halaman adalah suatu yang kecil ada suatu yang lebih besar yaitu dengan berpulang kenegri akhirat. Sebelum itu yang harus kita lewati yakni alam kubur, sebelum hari kiamat tiba dengan ditiupkanya terompet sangkakala oleh malaikat Israfil. Negri akhirat sesuatu rukun iman untuk diyakini setiap insan. Hamba yang sudah mempersiapkan bekalnya untuk Pulkam kenegri akhirat, yang setiap  hamba pasti akan melaluinya ia akan merasa bahagia yang luar biasa apabila ia dijemput oleh malaikatul maut dalam keadaan perbekalan amal masing-masing. Oleh  karena inilah yang akan dapat menolong setiap pribadi hamba,  dimana pada suatu hari tidak akan berguna harta dan anak kesayangan melainkan hati yang selamat datang menuju Robbnya.
Setelah penulis menyelesaikan program Magister tgl 07 Februari 2014 penulis mengabdi di pesantren Annaba’ Center, Pondok pembinaan khusus muallaf. Disamping itu penulis juga ngajar di SMK X 2 Kartika Kodam Pasanggrahan Jakarta. Setelah menjalanai kehidupan yang sehari-hari seperti itu penulis merasa kesepian dan timbul rasa ingin punya teman pasangan hidup. Alhamdulillah penulis menikah dengan salah seorang teman sekolah di kampung halaman dulu yang bernama Nur Jamilah.
Penulis menikah tgl 20 Maret 2016, alhamdulillah status sy sudah menjadi kepala keluarga. Penulis tinggal bersama Istri di Parung. Penulis diamanahkan mengajar di Staini Parung. Sembari mengajar juga aktif di masyarakat dalam berdakwah. Setelah saya menikah silaturahim saya masih terus dengan yayasan Bait alhasan. Setelah menikah banyak sekali barokahnya salah satunya saya ditawarkan oleh Ayah Bunda Pimpinan Yayasan Bait al-Hasan untuk melanjutkan studi Doktoral. Alhamdulillah suatu kemudahan yang Allah berikan untuk menggapai cita-citaku dan juga cita-cita orangtuaku melalui ayah Hasnil Hasan Basri dan Bunda Lies Hendriati. Semoha Allah selalu memberikan kesehatan dan umur yang berkah kepada beliau dan keluarga yang telah banyak mengajari penulis tentang tanggung jawab dan arti  kehidupan.
Kesempatan ini saya  gunakan dengan sebaik baiknya. Semoga Allah SWT mempermudah dalam setiap langkahku. Terimakasih juga saya sampaikan kepada istriku tercinta Jamilah yang setia mendampingi perjuangan hidupku. Tanpa dukunganmu jua penulis tidak akan bisa seperti hari ini. Terimakasih juga buat semua saudaraku yang begitu baik terhadapku mau menegorku dikala salah serta meluruskan langkahku. Penulis selalu ingat pesan dari bunda, dengan ungkapan sembari memohon kepada Allah SWT Semoga kita menjadi orang yang sukses. Yaitu sukses di dunia dan sukses pula di akhirat.
Wassalam
Candra Krisna, J. Lbs


Tidak ada komentar:

Posting Komentar