KISAH PERJALANAN JIHAD
MENUNTUT ILMU
Penulis adalah merupakan anak sulung dari tiga
bersaudara dari pasangan ayahanda Arba syukri lubis dengan Ibunda Derhana, anak yang kedua yang bernama Fitria Afril Yana
dan yang paling bontot bernama Umii Kalsum. Sebelum penulis mengenyam
pendidikan di bangku sekolah dasar penulis diasuh oleh nenek dari ayah,
sedangkan Ayah dan umak sehari harinya kesawah dan keladang mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecil kami.
Setelah penulis berusia lebih kurang lima tahun
enam bulan penulis dimasukan ke SD
Pakantan, Mandailing natal atas dasar permintaan dari nenek yang sudah
tidak sanggup lagi untuk mengontrol tempat penulis bermain jauh dari jangkauan
nenek, terkadang kesawah, kehutan, karena diajak oleh teman-teman sebaya.
Selama penulis dibangku Sekolah Dasar, mulai dari tahun 1945-2001 alhamdulillah
dapat selesai dengan lancar.
Setelah lulus
SD kemudian penulis melanjutkan pendidikan ketingkat sekolah lanjutan
tingkat pertama yaitu di SMP Negeri 2 Muarasipongi. Selama penulis sekolah di
SMP harus berangkat pegi2 buta karena jarak dari rumah kesolah cukup lumayan
jauh, menghabiskan waktu lebih kurang 30-40 menit. Sepulang sekolah penulis diminta
orangtua supaya datang lagi kesawah untuk membantu ayah dan umak yang lagi
sibuk terlebih lebih disaat musim menanam padi
dan disaat panen. Kalaupun selain waktu itu penulis tidak ikut membantu
kesawah atau keladang, penulis mempunyai kewajiban untuk membersihkan rumah,
seperti nyapu ngepel dan memasak nasi dengan menggunakan bahan bakar kayu yang sedikit berbeda dengan kondisi kampung halaman
penulis sekarang.
Setelah penulis lulus dari sekolah lanjutan
penulis mengalami kebingungan yang luar biasa disamping saya merasa sedih
ketika pengumuman ujian akhir sudah keluar, karena setiap ditanya oleh guru sekolah
maupun antar sesama teman-teman sekelas, dengan ungkapan seperti ini, Candra
kemana akan melanjutkan sekolahnya?, penulis hanya bisa diam seribu bahasa.
Kenapa penulis tidak menjawab, karena ayah sudah mengatakan kepada penulis
bahwa kalau beliau tidak mampulagi untuk menyekolahkan saya kejenjang yang
lebih tinggi (SLTA), dengan ucapan yang masih terngiang-ngiang di telinga
penulis, dengan ungkapan: “nak ayah sudah tidak sanggup lagi melanjutkan
sekolahmu nak”.
Tentunya sangat berbeda dengan teman-teman pada
umumnya yang merasa riang gembira karena mereka bisa melanjutkan sekolah mana
yang mereka inginkan, karena memang ekonomi orangtua mereka sangat berbeda
dengan orangtua penulis. Diantara mereka ada yang melanjutkan kesekolah unggulan,
kejuruan, pesantren dan sekolah lainnya.
Situasi dan kondisi yang seperti ini selalu ada
harapan ketika penulis mendapatkan dorongan semangat dari Umak dengan
mengatakan: “apapun yang akan terjadi apakah kita harus ngutang yang penting
kamu harus tetap sekolah nak, insya Allah akan dipermudah Allah nak...”.
Setelah itu penulis berangkat bersama ayah kelur
dari kampung mencari sekolah yang lebih murah di Kotanopan. Kotanopan merupakan
salah satu kota kecamatan di Mandailing Natal. Jaraknya dari kampung halaman 40
km, lebih kurang 2 jam perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Penulis akhirnya
didaftarkan di sekolah agama tingkat aliyah yang bernama Sekolah Perguruan
Muhammadiyah Kotanopan. Karena jarak sekolah dengan rumah yang cukup jauh yang
tidak memungkinkan kalau penulis pulang hari, akhirnya penulis mencari
kos-kosan yang murah di sekitar sekolah,dalam hati saya sukur-sukur kalau ada
yang gak bayar. Alhamdulillah dengan kuasa Allah penulis dipertemukan dengan seorang nenek yang
tinggal seorang diri di rumahnya.
Akhirnya penulis tinggal bersama nenek tersebut dengan syarat membantu
beliau untuk menyiapkan dagangannya. Alhamdulillah inipun sudah sangat
membantu, pikir penulis. Sehingga orang tua tidak harus susah payah membayar
uang kos untuk penulis.
Beberapa bulan kemudian penulis menemukan tempat
kost yang sebelummya juga sudah dihuni oleh beberapa anak-anak sekolahan.
Setelah orangtua menanyakan kepada yang punya rumah, qoddarollohnya bahwa yang
punya rumah satu desa dengan penulis,
Alhamdulillah penulis juga dikasi tinggal tanpa harus bayar setelah
mengetahu bahwa penulis di sekolah agama.
Tanpa
terasa begitu cepat waktu berlalu hari berganti bulan, bulanpun berganti bahwa
penulis sudah tiga tahun di Kotanopan. Ketika itu tahun 2007 alhamdulillah
penulis sudah menammatkan sekolah tingkat lanjutan atas tersebut di sekolah
Madrasah aliyah Muhammadiyah 6 Kotanopan. Hal yang sama kembali datang seperti
ketika saya hendak mau melanjutkan pendidikan kejenjang SLTA. Sedangkan
sekarang penulis ingin sekali melanjutkan studi ketingkat perguruan tinggi.
Seperti yang pernah dikatakan Umak kepada
penulis ketika hendak masuk sekolah tingkat lanjutan, akhirnya orangtua
memutuskan membawa penulis berangkat ke – Medan yang ditemani oleh ayah.
Penulis akhirnya mendaftar di Institut Agama Islam Negeri yang bisa disebut
dengan IAIN Sumatera Utara. Setelah daftar penulis cari tempat tinggal.
Alhamdulillah lagi-lagi ada saja jalan keluar yang Allah kasi. Sebagaimana
kebiasaan mahasisiwa IAIN untuk menghemat biaya mereka tinggal di Masjid,
disamping yang pertama kita tidak bayar, yang ke – dua malah kita yang
dibayar. Nasehat dari abang senior ketika masa taaruf di kampus, dengangan
mengatakan: kalau bisa ngekost free kenapa tidak, kalau bisa kita yang dibayar,
itu baru luar biasa.
Penulis memilih poin yang kedua sembari berusaha
mencari Masjid yang bisa menopang untuk kuliah. Alhamdulillah qoddarollah Allah mempertemukan dan mempermudah jalanya
higga penulis di pertemukan dengan Masjid Taqwa Al-Huda di jalan Dene,
Sukaramai Medan Sumatera Utara (Sumut). Disinilah awal mula penulis memulai
kehidupan kampus sembari bermasyarakat yang terdapat di sekitar Masjid. Adapun
kegiatan sambilan penulis selain kuliah adalah ngajar di Madrasaw Ibtidaiyah
Muhammadiyah, privat anak-anak orangtua dan berwirausaha kecil kecilan. Mulai dari
usaha jualan Roti di Kampus, di warung, dan adajuga yang dijajakan sendiri ke
warung-warung. Begitulah aktivitas
penulis sehari harinya mulai dari awal kuliah hingga sampai akhir kuliah.
Setelah 3,5 tahun merantau menjalankan
pendidikan, penulis di didik dibesarkan di lingkungan masjid, yang pada akhirnya alhamdulillah penulis di
wisuda tanggal 24-5-2011.
Hijrah ke Ibu Kota Negara (Jakarta)
Seiring dengan berjalannya waktu yang begitu
cepat, detik berganti dengan menit, menit berganti jam , jam berganti hari,
hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, penulis hijrah kejakarta. Penulis
masuk program megister di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertama kali di ibukota
penulis lama tiggal di sebuah masjid yang bernama Nurul Huda di Kampung sawah
kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Sebelumya penulis numpang ditempat
sahabat saya bernama Daud Lintang di Ma’had UIN jakarta untuk sementara waktu
sebelum pindah kemasjid.
Setelah itu penulis bergabung di yayasan Bait
al-Hasan bulan september 2012, yang di perkenalkan oleh teman yang bernama
Safii Pasaribu yang juga kelahiran Medan yang sedang menempuh kuliah kuliah S1
di UIN Jakarta. Tanpa terasa penulis sudah kurang lebih satu tahun bergabung di
Yayasan Bait al-Hasan di Vila Dago Toll, Sarua Ciputat. Setelah hampir satu bulan Ramadhan 1434 H
penulis memohon kepada pimpinan Yayasan, supaya penulis bisa shalat Idul Fitri
bersama keluarga dikampung karena jadwal pulkam (pulang kampung) penulis
seharusnya setelah Idul Fitri.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya pimpinan
Yayasan mengabulkan pemohonan penulis dengan memberi izin kepada penulis untuk
pulkam sebelum lebaran Idul Fitri. Setelah itu beberapa hari kemudian datang
telpon dari kampung dan lantas penulis sampaikan kepada orang tua bahwa penulis
jadi berangkat sebelum lebaran untuk shalat Idul Fitri bersama saudara-saudara
sanak family yang berada dikampung.
Penulis merasa bahagia sekali dalam hati …!
Karena akan jumpa dengan orang tua dan adik-adik
ku tercinta yang selalu menunggu kedatangan kakaknya dari rantau orang. Dengan
persiapan yang seadanya, karna tiket pulang pergi Alhamdulillah sudah dibiayai
oleh Yayasan, Semoga Allah membelas kebaikan beliau Ayahanda dan Bunda kami
tercinta. Betapa penulis teringat akan sabda Rasulullah Muhammad SAW yang
bunyinya sebagai berikut.
نِعْمَ الْمَالُ
الصَّالِحُ لِلْرَجُلِ الصَّالِحِ
“ Sebaik-baik harta yang baik berada di tangan
orang yang sholih “ (
HR Ibnu Hibban ).
Alangkah
nikmatnya kehidupan bersama orang-arang yang shaleh. Pulkam mememang suatu hal
yang dinanti-nantikan oleh setiap insan karena, sesuatu yang
menyenangkan apabila kita niat karena Allah untuk berbakti kepada kedua
orangtua. Setiap orang yang mempunyai orangtua, Idul Fitri ini adalah saat yang
dinanti-nanti khususnya masyarakat Indonesia yang sudah menjadi tradisi khususnya
umat Islam. Menurut hemat penulis sebagian masyarakat awam,
mskipun ia jauh dari sisi orangtuanya dengan serba keterbatasan yang
ada, ia tetap berusaha untuk pulang walaupun ternyata untuk belik kembali ia
harus mencari ongkos bahkan meminjam supaya biasa berangkat kembali merantau.
وَلا تُؤْتُوا
السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا
‘’Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik ’’.
(Qs. an-Nisa : 5).
Perasaan bahagia pulang kekampung halaman adalah
suatu yang kecil ada suatu yang lebih besar yaitu dengan berpulang kenegri
akhirat. Sebelum itu yang harus kita lewati yakni alam kubur, sebelum hari
kiamat tiba dengan ditiupkanya terompet sangkakala oleh malaikat Israfil. Negri
akhirat sesuatu rukun iman untuk diyakini setiap insan. Hamba yang sudah
mempersiapkan bekalnya untuk Pulkam kenegri akhirat, yang
setiap hamba pasti akan melaluinya ia akan merasa bahagia yang luar
biasa apabila ia dijemput oleh malaikatul maut dalam keadaan perbekalan amal
masing-masing. Oleh karena inilah yang akan dapat menolong setiap
pribadi hamba, dimana pada suatu hari tidak akan berguna harta dan
anak kesayangan melainkan hati yang selamat datang menuju Robbnya.
Setelah penulis menyelesaikan program Magister
tgl 07 Februari 2014 penulis mengabdi di pesantren Annaba’ Center, Pondok
pembinaan khusus muallaf. Disamping itu penulis juga ngajar di SMK X 2 Kartika
Kodam Pasanggrahan Jakarta. Setelah menjalanai kehidupan yang sehari-hari
seperti itu penulis merasa kesepian dan timbul rasa ingin punya teman pasangan
hidup. Alhamdulillah penulis menikah dengan salah seorang teman sekolah di
kampung halaman dulu yang bernama Nur Jamilah.
Penulis menikah tgl 20 Maret 2016, alhamdulillah
status sy sudah menjadi kepala keluarga. Penulis tinggal bersama Istri di
Parung. Penulis diamanahkan mengajar di Staini Parung. Sembari mengajar juga
aktif di masyarakat dalam berdakwah. Setelah saya menikah silaturahim saya
masih terus dengan yayasan Bait alhasan. Setelah menikah banyak sekali
barokahnya salah satunya saya ditawarkan oleh Ayah Bunda Pimpinan Yayasan Bait
al-Hasan untuk melanjutkan studi Doktoral. Alhamdulillah suatu kemudahan yang
Allah berikan untuk menggapai cita-citaku dan juga cita-cita orangtuaku melalui
ayah Hasnil Hasan Basri dan Bunda Lies Hendriati. Semoha Allah selalu
memberikan kesehatan dan umur yang berkah kepada beliau dan keluarga yang telah
banyak mengajari penulis tentang tanggung jawab dan arti kehidupan.
Kesempatan ini saya gunakan dengan sebaik baiknya. Semoga Allah
SWT mempermudah dalam setiap langkahku. Terimakasih juga saya sampaikan kepada
istriku tercinta Jamilah yang setia mendampingi perjuangan hidupku. Tanpa dukunganmu
jua penulis tidak akan bisa seperti hari ini. Terimakasih juga buat semua
saudaraku yang begitu baik terhadapku mau menegorku dikala salah serta
meluruskan langkahku. Penulis selalu ingat pesan dari bunda, dengan ungkapan
sembari memohon kepada Allah SWT Semoga kita menjadi orang yang sukses. Yaitu
sukses di dunia dan sukses pula di akhirat.
Wassalam
Candra Krisna, J. Lbs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar