Rabu, 14 Desember 2016

URGENSI ILMU DALAM KEHIDUPAN


URGENSI ILMU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

           
Bumi tanpa cahaya matahari akan terasa hampa, hambar laksana makanan tanpa garam dan kehidupan akan menemui kebinasaan. Begitulah ibarat hati manusia, tanpa cahaya ilmu hati akan berkarat sakit dan mati.  Begitu pentingnya ilmu dalam kehidupan. Di dalam hati seorang yang sakit, terdapat dua kecintaan dan dua penyeru. Kecintaan terhadap syahwat-syahwat, mengutamakannya dan semangat untuk  melampiaskannya. Terdapat penyakit hati yang bersemayam yakni hasad, sombong, bangga diri, suka popularitas dan suka membuat kerusakan di muka bumi dengan kekuasaannya.
            Dalam riwayat lain disebutkan bahwa “al-‘ilmu nurun” ilmu itu cahaya yang dapat menyelamatkan seseorang dari kesengsaraan. Dia akan diuji di antara dua kecendrungan kepada Allah dan Rosul-nya serta negeri akhirat dan yang mendorong  kepada kenikmatan dunia yang fana. Maka dia akan menjawab seruan itu mana yang paling dekat dengannya.
            Seorang yang hatinya mati (berkarat), dia tidak tahu tentang Rabb-nya, tidak menyembah-nya, tidak mencintai apa yang dicintai-nya dan tidak mencari ridlo-nya. Tetapi dia hanya menurti ambisi syahwat walaupun di sana akan mendatangkan kemarahan rabb-nya. Dia tidak peduli apakah rabb-nya ridlo atau murka yang penting dia telah melampiaskan syahwat dan keinginannya.
            Rasa cinta, takut, pengharapan, keridloan, kemarahan, pengagungan, dan kerendahan dirinya diperuntukkan kepada selain allah. Jika cinta, benci, memberi dan tidak memberi karena hawa nafsunya. Hawa nafsunyalah yang paling dia utamakan dan paling dia cintai dibanding keridoan Allah ta’ala. Maka sering kita melihat ada orang yang hilang arah dalam kehidupannya. Jadilah hawa nafsu sebagai pimpinannya, syahwat sebagai penuntunnya, kebodohan sebagai pengemudinya dan lalai sebagai kendaraannya.
            Sebagai hati yang disinari oleh cahaya ilmu dan disirami sejuknya ilmu, penyakit-penyakit yang berkarat di dalam hati akan terkikis dan sirna, jadilah hati tersebut bersih, sehat dan selamat. Inilah yang dijelaskan Allah SWT sebagai qolbun salim (hati yang selamat). Sebagaimana firman Allah SWT dalam penghujung QS. Al-Fajr :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي 

27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. Masuklah ke dalam syurga-Ku.
            Hati yang selamat adalah hati yang selamat dari setiap syahwat yang selalu menyelisihi perintah dan larangan allah, selamat dari setiap syubhat (bid’ah) yang merancukan wawasannya, selamat dari kesyirikan dan selamat dari berhukum kepada selain rosul-nya.
            Dia selalu mengutamakan keridhoan-keridhoan Rabb-nya dengan segala cara. Rasa cinta, tawakal, taubat, takut, pengharapan dan amalannya ikhlas hanya untuk Allah. Jika dia cinta, memberi dan tidak semuanya karena allah ta’ala. Seorang yang mempunyai hati inilah yang selamat pada hari kiamat.
            Allah berfirman : “pada hari yang tidak bermanfaat harta tidak pula anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat” (Q.S. Asy-syu’ara : 88 – 89). 
Lebih Jelasnya dapat dilihat di bawah ini. Surah ini disebut ayat Makkiyyah; surah ke 26: terdiri dari 227 ayat:
tulisan arab alquran surat asy syu'araa' ayat 83-89

“83. (Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, 84. dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) Kemudian, 85. dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, 86. dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, 87. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, 88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (asy-Syu’araa’: 83-89)
 
            Demikian keadaan hati yang tidak disinari dan hati yang selalu disinari dan disirami cahaya ilmu. Jelaslah bahwa ilmu itu sebagai obat penyakit yang ada pada dada manusia. Allah ta’ala berfirman : “wahai manusia sesungguhnya telah datang kepada kalian, pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Yunus : 57).
            Dari hal tersebut pelajaran/ilmulah  yang mrnjadi sebagai obat dari kebodohan dan penyelewengan hati. Sesungguhnya kebodohan itu adalah penyakit, obatnya adalah bimbingan’. Demikian yang dilukiskan dalam penafsiran al-allamah Ibnu Qoyyim al-jauziyah rahimahullah (lihat kitab mawarid hal 45).
            Dengan ini wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki atau perempuan, budak maupun orang merdeka untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, “menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim” (diriwayatkan oleh imam Ahmad, Ibnu Majah dan dihasankan oleh Imam al-Mizzy).
            Kemudian apakah sebetulnya yang dimaksud dengan ilmu yang disebutkan dalam al-Quran dan Hadits tentang keutamaan dan kedudukan orang yang memiliki keluasan ilmu. Al Imam Ibnu Hajar al-Atsqolani rahimahullah menafsirkan ayat yang dibawaka oleh al-imam Bukhori dalam shohihnya “bab keutamaan ilmu” : “katakanlah (wahai Muhammad) ya Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu” (qs Thoha : 114)
            Beliau (Ibnu Hajar) berkata : “ini dalil yang sangat jelas tentang keutamaan ilmu, karena Allah tidak pernah menyuruh Nabi-nya Muhammad shalallahu’alaihi wasallam untuk meminta tambahan kecuali dengan tambahan ilmu. Maksud ilmu tersebut adalah ilmu syar’i, yang berfaedah memberi pengetahuan apa yang wajib atas setiap mukallaf (muslim dan muslimah yang baligh) tentang perkara agama, ibadah dan muamalahnya. Ilmu mempelajari tentang Allah dan sifat-sifat-Nya dan apa yang wajib dia lakukan dari perintah-Nya serta mensucikan-Nya dari sifat-sifat-Nya dan terhadap yang tercela. Poros dari semua itu adalah ilmu tafsir, ilmu hadits dan ilmu fiqh” (lihat kitab fathul baari syarah shohih bukhari 1/40).
            Maka ilmu yang wajib kita pelajari adalah ilmu yang mempelajari tentang Allah, Rasul-nya, agama-nya dengan dalil-dalil (lihat kitab al-Ushuluts Tsalatsah karya syaikhul islam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali at-Tamimi Rahimahullah hal 1-3).
            Belajar ilmu yang dimaksud di atas, harus bersumber dari al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman salaf (para sahabat nabi shalallahu’alaihi wasallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik). Sebagian ahlul ilmu (para ulama) sepakat : “ilmu adalah firman Allah dan sabda rasul-nya serta perkataan para sahabat tiada keraguan padanya”(lihat Bahjatunnadlirin syarah Riyadlus Shalihin karya syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali juz 2 hal 462).
            Al-Imam al-Auza’i berkata: “ilmu adalah apa yang datang (bersumber) dari sahabat-sahabat Muhammad shalallahu’alaihi wasallam dan sesuatu yang tidak datang dari mereka, maka itu bukan ilmu.” (di jelaskan oleh Ibnu Abdilbar dalam kitab al-Jaami’ 2/29)
            Al-Imam Abu Muhammad al-Barbahari rahimahullah menyatakan: "bahwa al-haq (kebenaran) adalah apa yang datang dari sisi Allah Azza wa Jalla, as-sunnah: sunnah (Hadits) rasulullah Muhammad shalallahu'alaihi wasallam dan al-Jama'ah: kesepakatan (ijma') para sahabat-sahabat shalallahu'alaihi wasallam pada khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman." (syarhus Sunnah hal 105 no. 105).

Kesimpulan
            Tuntutlah ilmu, maka sesungguhnya ilmu sebagai obat dari kebodohan dan penyelewengan hati. Bersemangatlah, carilah dari ulama ahlus sunnah wal jama'ah yang berpedoman kepada al-Quran dan al-Hadits dengan pemahaman salaf (para sahabat rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik). Hati-hatilah dari ahlul bid'ah yang mendahulukan akalnya ro'yu (pikiran), qiyas (yang bathil), perasaan dan ta'wil dalam memahami/menafsirkan al-Quran dan al-hadits (lihat syarhus sunnah dan muqodimah kitab shohih muslim).
            Sebagaimana himbauan seorang ulama dari kalangan tabi'in Muhammad bin Sirrin rahimahullah : "sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian."(diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam muqodimah kitab shohihnya 1/14).
Wallahu ta'ala a'lam bis sowab...


PERJUANGAN MENUNTUT ILMU



PERJUANGAN MENUNTUT ILMU; Dibalik Kesulitan terdapat Jalan Kemudahan

Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia.  Tidak terfokus kepada generasi muda saja, menuntut ilmu juga dianjurkan untuk para orang  tua baik  laki-laki maupun perempuan. Mengapa? Karena setiap anak membentuk pribadinya  melalui asuhan orang tua. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadis yang artinya “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka tugas orang tuanyalah yang akan menjadikannya nasrani, majusi, ataupun yahudi”. Tugas orangtualah yang yang akan mengisi lembaran-lembaran kosong yang terdapat pada diri seorang anak.
Setiap anak akan merekam setiap tindakan orang tua  yang dilihatnya ataupun perkataan  yang di dengarnya tanpa bisa menimbang baik dan buruknya sikap ataupun perkataan tersebut, oleh karena itu hendaknya setiap orang tua mempunyai ilmu yang cukup untuk membentuk karakter dalam pribadi sang anak, karena pelajaran pertama dan paling  utama adalah berasal dari keluarga. Selain keluarga lingkungan juga mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter anak, orang tua yang bijak akan berusaha memilah dan memilih teman dan lingkungan  yang akan menjadikan pribadi anaknya menjadi pribadi yang santun, penyayang, dan menjadi anak yang menghargai orang tua.
Ilmu bukan hanya dapat diperoleh dalam jenjang pendidikan yang formal akan tetapi bisa juga dalam lingkungan pendidikan nonformal. Disetiap sisi-sisi kehidupan terdapat ilmu dan pelajaran. Karena ilmu adalah ibarat  sesuatu barang yang hilang yang hanya dapat ditemukan  dengan usaha dalam memperoleh ilmu , harus ada keistiqomahan dalam memahami setiap ilmu, serta harus dimunculkan  kekuatan dalam menjalankan setiap ilmu yang diperoleh. Ketiga hal tersebut merupan suatu rangkaian untuk memperoleh keberkahan ilmu yang dicari. Tidak ada alasan usia untuk berhenti untuk menuntut ilmu , tidak ada istilah kata tidak mampu untuk berhenti menuntut ilmu, karena banyak orang yang bisa sukses dalam akademisi walaupun berasal dari keluarga kurang mampu. Menuntut ilmu tidak ada kata tidak punya dana untuk berhenti menuntut ilmu, dan tidak ada kata “besok  atau lusa” untuk berhenti  menuntut ilmu. “Allah berfirman dalam surah al-mujadalah ayat 11: Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu beberapa derajat”.
Janji Allah ini merupakan  suatu acuan kepada kita supaya jangan berhenti dalam menuntut ilmu, karena orang yang berilmu akan mampu menyesuaikan dirinya dimanapun dia berada, dengan ilmu seseorang akan mampu menyesuaikan diri dengan orang yang berpendidikan yang sama seperti dirinya, tidak merasa sombong dengan orang yang mempunyai pendidikan dibawahnya, serta tidak canggung bergaul dengan orang awam yang tidak mempunyai pendidikan atau ilmu yang sepadan dengannya.
Menempuh pendidikan dalam rangka untuk mendapatkan ilmu memang menghabiskan rupiah yang tidak sedikit, apalagi ketika kita bicara dalam konteks ke- Indonesiaan yang seolah-olah pendidikan  dewasa ini sudah seperti diperdagangkan. Sangat berbeda dengan negara Arab yang menjamin pendidikan untuk rakyatnya.
Sebegitu mahalkah pendidikan di Indonesia sehingga masih banyak para anak-anak terutama di pelosok desa tidak mampu menyenyam pendidikan yang lebih tinggi, ataukah cara berfikir para orangtua yang masih awam sehingga takut tidak bisa memberikan nafkah yang dibutuhkan sang anak, ataukah kurangnya motivasi orangtua kepada anak untuk menuntut ilmu sehingga anak berfikir menuntut ilmu sudah cukup jika sudah bisa membaca dan menulis dan merasa tidak perlu untuk memperdalam ilmu yang diperoleh tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa saja terdapat pada diri orangtua dan anak, padahal setiap anak mempunyai potensi masing-masing, tapi sungguh sayang karena kesulitan pembiayaan dana dan awamnya pemikiran tersebut menjadikan potensi yang terdapat pada diri sang anak menjadi laksana tumbuhan layu dan kemudian lenyap sebelum tumbuh besar.
Siapapun yang menuntut ilmu untuk mendapatkan pelajaran dan pengajaran jika dijalani dengan niat ikhlas maka Allah akan memudahkan setiap urusannya, karena hanya dengan ilmulah seseorang akan bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang pantas dan yang tidak pantas, serta membedakan antara yang hak dan yang bathil. Allah akan memberika rezeki kepada setiap hamba dan tidak ada yang luput dari pengawasaan-Nya. Tidak perlu takut harta akan habis jika dipergunakan untuk menuntut ilmu, karena kekuasaan Allah meliputi langit dan bumi dan apa yang apa yang ada diantara keduanya, tidak perlu bersusah hati jika tidak punya dana untuk menuntut ilmu karena Allah  maha kaya akan semuanya.
 Dengan punya niat yang ikhlas untuk  mendapatkan ilmu, mempunya usaha untuk dapat menggapai ilmu, serta percaya bahwa Allah akan membukakan jalan untuk itu, maka Allah akan memberikan nikmatnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka, karena Allah menurut prasangka hamba-Nya.

Suatu ketika seorang Syekh memberikan nasehat kepada santrinya yang bernama Ahmad:
Ahamad ...Bila nanri sudah banyak kamu belajar (berilmu), janganlah sekali-kali kamu keluar dari fitrahmu sebagai hamba Allah SWT yang lemah, yang telah dititipkan kepadamu dua sifat, yaitu sifat khilaf dan lupa. ingatlah wahai Ahmad, apabila kamu diamanahkan ilmu oleh Allah yang membuatmu tahu dan paham tentang persoalan itu, jadikanlah itu sebagai perbendaharaan ilmu bagimu, bukan sebagai alat menghujjah atau menjastifikasi siapapun. apabila kamu menerima berita maka pikirkan lah baik-baik apakah ia layak untuk diceritakan. Apabila engkau menceritakan semua yang kamu dengar itu adalah termasuk tanda  kamu gagal dalam belajar.
Ahmad...bila nanti yang kamu ketahui berbeda dengan oranglain, itulah tanda bahwa ilmumu masih sangat sedikit, belajarlah terus, tidak usah terpancing emosi untuk berdebat apalagi nerasa bahwa yang kamu ketahui itulah yang paling baik dan benar.
Ahmad ... ingatlah bahwa kemuliaan hanya milik Allah yang akan diberikan kepada orang yang berhasil mengembalikan fitrah hidupnya sebagai HAMBA ALLAH SWT.

Demikian lah kisah seorang Ustadz denagn santinya semoga kita dapat mengambil pelajaran yang  bermanfaat  dari kisah diatas.



Wallahu A'lam ...

Senin, 24 Oktober 2016

REZEKI MENUNTUT ILMU SELUAS LANGIT DAN BUMI

REZEKI MENUNTUT ILMU ITU SELUAS LANGIT DAN BUMI



Apabila kita berbicara tentang rezeki, maka jauh sebelum kita dilahirkan kedunia ini mulai dari semenjak alam ajali, kita sudah ditetapkan oleh Allah rezeki bagi  tiap-tiap hamba. Apakah dengan ketetapan (qodo) tersebut sehingga membuat kita menjadi orang yang bermalas malasan, berpustusasa atau pesimis, bahkan hanya duduk berzikir setiap saat? tentu sebagai muslim yang cerdas akan menjawab Tidak. Akante tapi rezeki itu harus dijemput dengan berbagai ikhtiar yang dapat kita upayakan.
Semuanya ini bisa kita capai karena Allah maha rahman rahim sesui dengan nama Allah “Ar-Rozzaq” (maha pemberi rizki). Apakah yang mesti ia lakukan untuk memperlancar keinginanan kita hingga mendatangkan rezeki? Ketahuilah saudaraku sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rizki yang paling baik, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3).
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24).
Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah Ta’ala berfirman,
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3).
Dalam hal ini juga kita harus pahami bahwa selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73).
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
Itu memang suatu kebenaran, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan  dan minum ketika Allah menahan rizki tersebut. Allah memberikan rizki bagi hamba-hambanya tanpa ada kesulitan. Terutama orang yang bersusah payah dalam menuntut ilmu.

Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali dan tidak pula terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata: “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari).
Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya”.
Dalam hadits lain dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata: “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya”.
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30).
Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27). Beliau rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”
Dalam sebuah hadits disebutkan,
إن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا بالغنى ولو أفقرته لكفر، وإن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا الفقر ولو أغنيته لكفر
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur”. Hadits ini dinilai dho’if(lemah), namun maknanya adalah shahih karena memiliki dasarshahih dari surat Asy Syuraa ayat 27.
Dalam hal ini ada 15 tips kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya diantaranya adalah:
Berinfak dijalan Allah
Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. ialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)
 Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu
Anas bin Malik  berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah asw., sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah  (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau nabi Muhammad bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi).

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa keutamaan hamba yang membantu penuntut ilmu disebutkan oleh Imam Nawawi ketika membahas masalah tawakkal dan yakin dalam kitab Riyadhus Sholihin. Beliau membawakan hadits berikut ini,
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua orang bersaudara, yang satu suka datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu agama) dan yang lainnya giat bekerja (supaya saudaranya bisa mendapatkan rezeki, -pen). Kemudian orang yang giat bekerja mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keadaan saudaranya itu. Lantas beliau bersabda, “Barangkali engkau mendapatkan rezeki karena sebab saudaramu (yang rajin belajar itu).” (HR. Tirmidzi no. 2345. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Kata Imam Nawawi sanadnya shahih sesuai syarat Muslim).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Siapa saja yang berkonsentrasi dalam menuntut ilmu dan ingin menjaga syari’at Islam, maka Allah berarti akan mempermudah dirinya dengan ada yang akan membantu memenuhi hajatnya.
2- Hadits ini berisi dorongan untuk membantu para ulama dan penuntut ilmu.
3- Manusia bisa saja dimudahkan rezeki karena sebab membantu saudaranya yang belajar agama.
4- Boleh mengadukan suatu permasalah kepada penguasa yang mengatur urusan sebagaimana dalam hadits ini ada yang melaporkan keadaan saudaranya kepada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
5- Urusan agama lebih mulia daripada urusan dunia.
6- Namun tetap seorang penuntut ilmui itu bekerja dan tidak terus bergantung pada orang lain, serta kita tahu bahwa tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah.
7- Yakin dan tawakkal sebab utama mendapatkan kemudahan dari Allah.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sesunggunya rezeki orang yang menuntut ilmu seluas langit dan bumi, yang Allah bentangkan. Rezeki akan dimudahkan oleh Allah SWT, selama ia bersungguh-sungguh belajar dan belajar. Karena menuntut ilmu suatu perintah Allah dan Rasul-Nya yang sudah barang tentu rezekinya sudah dijamin. Sebagaimana yang Tuhan janjikan kepada hambanya. Karena Allah sungguh Maha Kaya, Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi dari yang diketahui oleh setiap makhluk-Nya”.


Wallahu a’lam. Moga bermanfaat dan semakin menyemangati kita untuk terus menimba ilmu serta beramal sholih.

PACARAN NO, MENIKAH YESS

PACARAN NO, MENIKAH YESS
Pacaran adalah suatu yang tidak asing lagi dikalang anak muda sekarang. Bahkan ada dijumpai dikalangan remaja yang menjadi minder karena tidak punya pacar. Seorang anak tidak lagi malu memasang foto mesra dengan pacarnya di media sosial (medsos) dengan adegan mesra layaknya suami istri. Belum lagi penomena ABG yang berpasangan naik sepeda motor yang akhir-akhir ini juga menjadi terendi.
Ada yang bilang, punya pacar perlu biar ada yang merhatiin, itu ortu selama ini ngurusin dianggap apa ya...! Ada juga yang bilang,  pacaran biar ada yang anterin ke sana kemari. Hihihi,,, ini pacar apa tukang ojek.
Buat yang alasan  pacaran biar semangat belajar..! menurut saya ini nggak adil banget untuk ortu kalian. kenapa?
Berapa lama sih kenal pacar? apa yang aja yang sudah diberikan dia? bandingkan dengan kebersamaan dan apa yang sudah diberikan ortumu. kebersamaan dengan ortu dan begitu banyak yang sudah mereka berikan. kenapa ortu nggak cukup menjadi motivasi belajar? atau pacaran perlu biar nggak seperti beli kucing dalam karung. kenyataannya, lama pacaran nggak menjamin langgeng pernikahan.
Ada remaja yang jawab pas ditanya kenapa  pacaran?
mumpung ada yang mau, Mbak, atau  bolehjadi pacaran karena gengsi. yang lain sudah punya pacar kok saya belum, kesannya nggak laku. Satu hal, kualitas dirimu tidak ditentukan oleh apakah kamu punya pacar atau tidak.
Punya pacar itu ada resikonya... mood naik turun. kalau pacar nggak perhatian, nggak cantumin status relationship di FB or twitter. Resiko lain dari pacaran siap-siap patah hati...
serius! ! ! (dikutip dari Buku Twitografi, Asma Nadia).
Sangat disayangkan kalau yang terjadi seperti itu, akan timbul pertanyaan, kemana peran orangtua..? kemana para pendidik..? apakah sudah tidak peduli dengan nasip generasi bangsa kita ini, ataukah memeng anak bangsa ini yang tidak mau diarahkan kejalan yang lurus, sehingga mereka menginginkan kehidupan yang bebas norma, bebas ekspresi, bebas dalam segala hal yang mereka kehendaki.
Alangkah sangat disayangkan apabila generasi bangsa ini mengikuti gaya hidup seperti itu sudah barang tentu akan berujung kepada pergaulan bebas yang akan lebih sadis lagi terjerumus kepada seks bebas, priseks dan tindakan-tindakan amoral lainnya.
Apakah hukum pacaran dalam pandangan Islam
Segala bentuk muamalah asalnya adalah boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya. Dalam masalah pacaran ini, ternyata bisa kita dapati bahwasannya ada dalil di dalam al-Qur’an dan hadits yang melarangnya, ayat tersebut adalah;
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS Al-Isra:32)
Sedangkan haditsnya;
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ وَلاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلاَّ وَمَعَهَا مَحْرَمٌ ( رواه البخاري(
“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya”. (Muttafaq Alaihi)
Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”
Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.
Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan

Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31)
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”
Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan,”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”
Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawan jenis?

Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)
Faedah dari menundukkan pandangan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat An Nur ayat 30 (yang artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” yaitu dengan menundukkan pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang-orang yang beriman. Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmati beliau- ketika menafsirkan ayat ini. –Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menundukkan pandangan sehingga hati dan agama kita selalu terjaga kesuciannya-
Allah Memerintahkan kepada Wanita untuk Menutup Auratnya

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31).
Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Atho’ bin Abi Robbah bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan. (Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Amr Abdul Mun’im Salim)
Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis

Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini sohih ligoirihi).
Allah dan Rasul-Nya telah mewanti-wanti kita semua agar tidak mendekati zina. Yang dipahami oleh para ulama, bukan berarti yang dilarang hanya “mendekati”nya saja, sedangkan zinanya adalah boleh. Bukan seperti itu, akan tetapi, mendekatinya saja dilarang, apalagi perbuatannya. Kita bisa dengan mudah memahaminya dengan ilustrasi sederhananya seperti ini;
Terdapat sebuah hutan terlarang di pinggir sebuah desa yang berisi orang-orang baik, kita sebut saja hutan itu dengan nama “hutan zina”. Hutan tersebut terkenal memiliki buah yang amat nikmat, yang tidak ditemukan selain di sana. Akan tetapi, rupanya di hutan yang sama, juga ada hewan buas yang sedang kelaparan, sehingga apabila ada manusia yang masuk ke dalam hutan tersebut, tentu saja ia akan dimakan oleh binatang buas itu.
Maka, pemimpin desa yang tinggal di sekitar hutan tersebut pun memutuskan, untuk dibuat pagar berjarak 50 meter di sekeliling “hutan zina” itu. Wilayah yang dipagari tersebut dinamakan “pacaran”. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, warga pun bersepakat bahwasannya tidak ada yang boleh memasuki wilayah “pacaran”. Apabila ada yang ternyata terbukti ketahuan memasuki wilayah tersebut, ia akan mendapatkan hukuman.
Meski tidak setiap orang yang datang ke wilayah “pacaran” tersebut akan pergi ke “hutan zina”, akan tetapi ini adalah langkah untuk berjaga-jaga saja. Karena, mungkin saja orang yang pergi ke situ akan tergoda untuk mencicipi buah segar nan nikmat itu, sehingga ia akan masuk hutan terlarang tersebut yang berisi binatang-binatang buas.
Sekarang sudah paham mengapa Allah melarang pacaran? Sebetulnya ini demi kebaikan kita sendiri. Karena, ketika seseorang berzina, akan sangat banyak kerusakan yang terjadi. Baik itu dari fisiknya sendiri, keluarganya yang menanggung malu, anaknya yang tertular virus jika terkena hingga akhirnya hukuman yang amat berat menanti di akhirat, apabila ia tidak bertaubat. Sedangkan, perbuatan keji ini biasanya akan lebih mudah dilakukan oleh orang yang berpacaran.
Dengan dasar dalil yang dikemukakan tersebut, ditambah dengan pengertian pacaran menurut KBBI, maka bisa disimpulkan bahwa secara umum, pacaran dilarang di dalam Islam.
Nasehat seorang motivator yang sudah tidak asing lagi bagi kita yaitu Mario Teguh Golden Ways 15 Maret 2015  dengan tema"Pacaran, Yes or No". Beliau mengatakan: Untukmu yang sudah letih dengan keraguan dan penantian waktu yang tepat yang tak pernah datang itu, malam ini bisikkanlah .
Tuhanku Yang Maha Pemberi Petunjuk, Aku mohon Engkau mengakhiri kebiasaanku untuk berlama-lama menunggu waktu yang tepat untuk memulai langkah-langkah untuk menuju impian hatiku.
Janganlah Kau biarkan aku tertukar antara kehati-hatian dan ketakutan, karena akhirnya aku pun tak tahu apakah penundaanku itu karena aku bijak atau karena aku sebetulnya takut.
Tuhanku, tidurkanlah aku dalam kedamaian dan bangunkanlah aku esok pagi dengan kesegeraan yang kuat untuk memulai dari yang bisa kulakukan.
Janganlah Kau biarkan aku mengembalikan diriku kepada keraguan, setelah rasa yakinku.
Jadikanlah hariku esok, sebagai hari yang ceria dengan keikhlasan mencoba melakukan yang selama ini dijauhkan dariku oleh rasa takutku.
Sesungguhnya, jika Engkau bersamaku, apakah yang masih kutakuti?
Tuhan, selalu dampingilah aku dalam perjalanan hidup yang sejahtera dan berbahagia.
Motivasi mungkin suatu hal yang memiliki tulisan yang ringan tapi makna yang sangat berat jika benar-benar dimaknai dengan kepastian hidup kita. Terkadang motivasi runtuh karena kekecewaan sakit hati yang tak berujung ketika pacaran. Pada malam tadi Pak Mario Teguh memilih tema "Pacaran, Yes or No" seprti yang kita bahas diatas.
Demikian sekilas pesan-pesan dari Mario Teguh Golden Ways 15 Maret 2015 "Pacaran, Yes or No". Bagi saudara saudari yang masih pacaran segeralah ingat pesan Allah dan Rasul dan bertaubat dengan taubatan nasuha. Saudaraku tidak akan ada amal shaleh yang di bungkus dengan kemaksiata “pacaran”. Pacaran tidak dikenal dalam agama kita Islam yang ada adalah ta’aruf bagi kita yang hendak menikah yang sudah ditentukan juga batasannya. Berjalan berdua saja tanpa mahram termasuk yang dilarang oleh Nabi, apalagi sampai berjalan berdua-duaan. Memohonlah kepada Allah supaya di karuniai pasangan yang bisa menghantarkan kita untuk meraih ridha Allah SWT.

Jadi jangan  pacaran kalau nggak mau sakit hati, buang-buang waktu, air mata dan energi. Pacaran nggak mendekatkan ke pintu surga.
Manfaatkan usia muda bukan untuk pacaran dan galau . tapi gali potensi untuk berprestasi dan mewujudkan mimpi diri dan orang tua.
Terbukti: pada akhirnya cinta kasih orangtua dan keluarga yang paling tulus. kenapa harus mencari yang belum tentu murni?
Jawab dengan hati yang tenang dan jernih...! Buat dirimu berharga, jadi muslim dan muslimah yang multi fungsi, berdaya bagi keluarga, bangsa dan umat. waktu nggak terbuang untuk pacaran.
Gunakan masa sebelum nikah untuk memperbaiki kualitas diri di hadapan-Nya, menggali potensi yang ada dalam dirimu. Saya pesan ingat selalu bahwa, laki-laki baik untuk perempuan yang baik dan itu bisa diraih  tanpa harus dengan  berpacaran.
Lalu benarkah pacaran nggak ada positifnya sama sekali? well, layakkah menempuh hal yang dilarang-Nya dengan alasan apapun?




Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat...