PERJUANGAN MENUNTUT
ILMU; Dibalik Kesulitan terdapat Jalan Kemudahan
Menuntut
ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia. Tidak terfokus kepada generasi muda saja,
menuntut ilmu juga dianjurkan untuk para orang
tua baik laki-laki maupun
perempuan. Mengapa? Karena setiap anak membentuk pribadinya melalui asuhan orang tua. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Hadis yang artinya “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan
suci, maka tugas orang tuanyalah yang akan menjadikannya nasrani, majusi,
ataupun yahudi”. Tugas orangtualah yang yang akan mengisi lembaran-lembaran
kosong yang terdapat pada diri seorang anak.
Setiap
anak akan merekam setiap tindakan orang tua
yang dilihatnya ataupun perkataan
yang di dengarnya tanpa bisa menimbang baik dan buruknya sikap ataupun
perkataan tersebut, oleh karena itu hendaknya setiap orang tua mempunyai ilmu
yang cukup untuk membentuk karakter dalam pribadi sang anak, karena pelajaran
pertama dan paling utama adalah berasal
dari keluarga. Selain keluarga lingkungan juga mempunyai peranan penting dalam
membentuk karakter anak, orang tua yang bijak akan berusaha memilah dan memilih
teman dan lingkungan yang akan
menjadikan pribadi anaknya menjadi pribadi yang santun, penyayang, dan menjadi
anak yang menghargai orang tua.
Ilmu
bukan hanya dapat diperoleh dalam jenjang pendidikan yang formal akan tetapi
bisa juga dalam lingkungan pendidikan nonformal. Disetiap sisi-sisi kehidupan
terdapat ilmu dan pelajaran. Karena ilmu adalah ibarat sesuatu barang yang hilang yang hanya dapat ditemukan dengan usaha dalam memperoleh ilmu , harus
ada keistiqomahan dalam memahami setiap ilmu, serta harus dimunculkan kekuatan dalam menjalankan setiap ilmu yang
diperoleh. Ketiga hal tersebut merupan suatu rangkaian untuk memperoleh
keberkahan ilmu yang dicari. Tidak ada alasan usia untuk berhenti untuk
menuntut ilmu , tidak ada istilah kata tidak mampu untuk berhenti menuntut ilmu,
karena banyak orang yang bisa sukses dalam akademisi walaupun berasal dari
keluarga kurang mampu. Menuntut ilmu tidak ada kata tidak punya dana untuk
berhenti menuntut ilmu, dan tidak ada kata “besok atau lusa” untuk berhenti menuntut ilmu. “Allah berfirman dalam surah
al-mujadalah ayat 11: Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu
beberapa derajat”.
Janji
Allah ini merupakan suatu acuan kepada
kita supaya jangan berhenti dalam menuntut ilmu, karena orang yang berilmu akan
mampu menyesuaikan dirinya dimanapun dia berada, dengan ilmu seseorang akan
mampu menyesuaikan diri dengan orang yang berpendidikan yang sama seperti
dirinya, tidak merasa sombong dengan orang yang mempunyai pendidikan
dibawahnya, serta tidak canggung bergaul dengan orang awam yang tidak mempunyai
pendidikan atau ilmu yang sepadan dengannya.
Menempuh
pendidikan dalam rangka untuk mendapatkan ilmu memang menghabiskan rupiah yang tidak
sedikit, apalagi ketika kita bicara dalam konteks ke- Indonesiaan yang
seolah-olah pendidikan dewasa ini sudah
seperti diperdagangkan. Sangat berbeda dengan negara Arab yang menjamin
pendidikan untuk rakyatnya.
Sebegitu
mahalkah pendidikan di Indonesia sehingga masih banyak para anak-anak terutama
di pelosok desa tidak mampu menyenyam pendidikan yang lebih tinggi, ataukah
cara berfikir para orangtua yang masih awam sehingga takut tidak bisa
memberikan nafkah yang dibutuhkan sang anak, ataukah kurangnya motivasi orangtua
kepada anak untuk menuntut ilmu sehingga anak berfikir menuntut ilmu sudah
cukup jika sudah bisa membaca dan menulis dan merasa tidak perlu untuk
memperdalam ilmu yang diperoleh tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan
tersebut bisa saja terdapat pada diri orangtua dan anak, padahal setiap anak
mempunyai potensi masing-masing, tapi sungguh sayang karena kesulitan
pembiayaan dana dan awamnya pemikiran tersebut menjadikan potensi yang terdapat
pada diri sang anak menjadi laksana tumbuhan layu dan kemudian lenyap sebelum
tumbuh besar.
Siapapun
yang menuntut ilmu untuk mendapatkan pelajaran dan pengajaran jika dijalani
dengan niat ikhlas maka Allah akan memudahkan setiap urusannya, karena hanya
dengan ilmulah seseorang akan bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk,
yang pantas dan yang tidak pantas, serta membedakan antara yang hak dan yang
bathil. Allah akan memberika rezeki kepada setiap hamba dan tidak ada yang
luput dari pengawasaan-Nya. Tidak perlu takut harta akan habis jika
dipergunakan untuk menuntut ilmu, karena kekuasaan Allah meliputi langit dan
bumi dan apa yang apa yang ada diantara keduanya, tidak perlu bersusah hati
jika tidak punya dana untuk menuntut ilmu karena Allah maha kaya akan semuanya.
Dengan punya niat yang ikhlas untuk mendapatkan ilmu, mempunya usaha untuk dapat
menggapai ilmu, serta percaya bahwa Allah akan membukakan jalan untuk itu, maka
Allah akan memberikan nikmatnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka, karena
Allah menurut prasangka hamba-Nya.
Suatu ketika seorang Syekh memberikan nasehat kepada santrinya yang bernama Ahmad:
Ahamad ...Bila nanri sudah banyak kamu belajar (berilmu), janganlah sekali-kali kamu keluar dari fitrahmu sebagai hamba Allah SWT yang lemah, yang telah dititipkan kepadamu dua sifat, yaitu sifat khilaf dan lupa. ingatlah wahai Ahmad, apabila kamu diamanahkan ilmu oleh Allah yang membuatmu tahu dan paham tentang persoalan itu, jadikanlah itu sebagai perbendaharaan ilmu bagimu, bukan sebagai alat menghujjah atau menjastifikasi siapapun. apabila kamu menerima berita maka pikirkan lah baik-baik apakah ia layak untuk diceritakan. Apabila engkau menceritakan semua yang kamu dengar itu adalah termasuk tanda kamu gagal dalam belajar.
Ahmad...bila nanti yang kamu ketahui berbeda dengan oranglain, itulah tanda bahwa ilmumu masih sangat sedikit, belajarlah terus, tidak usah terpancing emosi untuk berdebat apalagi nerasa bahwa yang kamu ketahui itulah yang paling baik dan benar.
Ahmad ... ingatlah bahwa kemuliaan hanya milik Allah yang akan diberikan kepada orang yang berhasil mengembalikan fitrah hidupnya sebagai HAMBA ALLAH SWT.
Demikian lah kisah seorang Ustadz denagn santinya semoga kita dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat dari kisah diatas.
Wallahu A'lam ...
Suatu ketika seorang Syekh memberikan nasehat kepada santrinya yang bernama Ahmad:
Ahamad ...Bila nanri sudah banyak kamu belajar (berilmu), janganlah sekali-kali kamu keluar dari fitrahmu sebagai hamba Allah SWT yang lemah, yang telah dititipkan kepadamu dua sifat, yaitu sifat khilaf dan lupa. ingatlah wahai Ahmad, apabila kamu diamanahkan ilmu oleh Allah yang membuatmu tahu dan paham tentang persoalan itu, jadikanlah itu sebagai perbendaharaan ilmu bagimu, bukan sebagai alat menghujjah atau menjastifikasi siapapun. apabila kamu menerima berita maka pikirkan lah baik-baik apakah ia layak untuk diceritakan. Apabila engkau menceritakan semua yang kamu dengar itu adalah termasuk tanda kamu gagal dalam belajar.
Ahmad...bila nanti yang kamu ketahui berbeda dengan oranglain, itulah tanda bahwa ilmumu masih sangat sedikit, belajarlah terus, tidak usah terpancing emosi untuk berdebat apalagi nerasa bahwa yang kamu ketahui itulah yang paling baik dan benar.
Ahmad ... ingatlah bahwa kemuliaan hanya milik Allah yang akan diberikan kepada orang yang berhasil mengembalikan fitrah hidupnya sebagai HAMBA ALLAH SWT.
Demikian lah kisah seorang Ustadz denagn santinya semoga kita dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat dari kisah diatas.
Wallahu A'lam ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar